Tanpa ada bakat dan kemampuan memimpin inilah yang membuat banyak organisasi justru menghilang sebelum berkembang.
BARISAN.CO – Ada dua jenis orang ketika diberi kesempatan untuk memimpin, yakni yang menerimanya dengan senang hati dan yang menolak karena merasa tidak cocok. Bagi yang menerimanya, ada tiga kemungkinan yang bisa terjadi.
Pertama, dia memang memiliki bakat memimpin. Kedua, enggan menyia-nyiakan kesempatan untuk belajar dan meningkatkan kualitas diri. Sedangkan, yang terakhir adalah mereka yang mau mendapatkan kekuasaan dan posisi, namun tak layak menjadi pemimpin.
Mitos yang sering muncul di antara masyarakat ialah setiap orang bisa menjadi pemimpin. Namun, dengan tipe yang ketiga, dia hanya akan membawa organisasi berada di ujung tanduk dan terpuruk.
Tanpa ada bakat dan kemampuan memimpin inilah yang membuat banyak organisasi justru menghilang sebelum berkembang atau yang sudah berkembang malah mblesek.
Percayalah, kepemimpinan bisa untuk siapa saja, tetapi tidak semua orang bisa menjadi pemimpin. Mengutip Best Diplomats, berikut 8 tanda Anda tak punya bakat menjadi pemimpin;
Gagal Mendapatkan Hasil Yang Diinginkan
Pemimpin yang efektif memenuhi komitmen mereka dan sering melampaui batas. Jadi, ketika tidak mendapatkan hasil yang diinginkan, maka tidak ada kepemimpinan. Hasil membutuhkan strategi dan perencanaan yang tepat, dan untuk itu diperlukan keterampilan kepemimpinan.
Mendapatkan Hasil dengan Cara yang Salah
Ketika tidak mendapatkan hasil seperti yang disebutkan pada poin pertama, mereka mencoba mendapatkan hasil dengan menggunakan penipuan dan pengkhianatan, maka jelas orang tersebut bukanlah seorang pemimpin. Seorang pemimpin tidak memilih cara yang tidak adil. Tampaknya mungkin memenangkan beberapa pertempuran, tetapi akan kalah perang jika mereka menyalahgunakan kekuasaan, memperlakukan orang dengan buruk, atau memadukan kepemimpinan dengan manipulasi.
Acuh Tak Acuh
Menjadi acuh tak acuh bukanlah kualitas seorang pemimpin yang baik. Jika tidak peduli dengan orang yang dipimpin, mereka tidak mungkin menjadi pemimpin yang baik. Ujian sebenarnya dari setiap pemimpin adalah apakah mereka yang berada di bawah tanggung jawabnya menjadi lebih baik atau tidak sebagai hasil dari kepemimpinan tersebut.
Mengambil Semua Kredit
Ketika sebuah organisasi berhasil memecahkan masalah, seluruh tim berhak mendapatkan pujian dan penghargaan. Pemimpin sejati adalah mereka yang lebih banyak memberikan pujian daripada mengambilnya. Mereka juga yang paling efektif hanya menggunakan kata “aku” saat bertanggung jawab atas kesalahan dan suka menyebut kesuksesan dengan “kami” dengan cukup cepat.
Peduli Tentang Status
Jika memprioritaskan kepentingan sendiri di atas kepentingan organisasi, maka orang itu bukanlah seorang pemimpin. Kepemimpinan adalah tentang memedulikan sesuatu yang lebih besar dari diri sendiri dan membimbing orang ke tempat yang lebih baik. Kekuasaan seringkali datang dengan kepemimpinan, tetapi pemimpin sejati tidak termotivasi oleh kekuasaan.
Menempatkan Orang di dalam Kotak
Tunjukkan kepada orang-orang bagaimana melakukan sesuatu alih-alih memberi tahu mereka tentang ketidakmampuan mereka. Pemimpin harus membebaskan orang dari kotak daripada memasukkan mereka ke dalam kotak. Inti dari kepemimpinan sejati adalah saat mereka bersedia membantu orang lain mencapai tujuannya.
Membuang Bakat
Kepemimpinan yang efektif menarik bakat daripada menolaknya. Tidak bisa menjadi pemimpin jika tidak dapat menemukan, mengembangkan, atau mempertahankan bakat. Pemimpin menghargai bakat anggota tim dan percaya pada kemampuan mereka yang memotivasi mereka untuk bekerja dengan baik dalam struktur organisasi.
Lebih Mengkhawatirkan Proses Daripada Orangnya
Dalam sebuah organisasi, seorang pemimpin sejati tidak memiliki kekuatan untuk memimpin tanpa orang-orangnya. Jika tidak ada platform untuk orang-orang dan memprioritaskan hal lain daripada karyawan, jelas mereka adalah pemimpin yang buruk. Misalnya, ketika seorang pemimpin hanya mementingkan hasil dari tujuan dan bukan tentang kebutuhan karyawan menyebabkan frustrasi di kalangan karyawan. Hal ini menurunkan tingkat gairah dan minat karyawan dan pada akhirnya berdampak negatif terhadap pertumbuhan organisasi.
Nah, alih-alih menerima begitu saja tawaran, sebaiknya pikirkan baik-baik apakah Anda pantas dan layak menjadi pemimpin? Dan jika sudah berusaha dan tak berhasil, berhentilah sebelum menimbulkan kerusakan lebih parah dalam organisasi tersebut. [dmr]