Scroll untuk baca artikel
Blog

Ibu Rumah Tangga Menatap Industri 4.0

Redaksi
×

Ibu Rumah Tangga Menatap Industri 4.0

Sebarkan artikel ini

Ibu Rumah Tangga bukan sekadar berperan dalam ruang lingkup kecil yakni keluarga. Namun bagaimana pengaruh globalisasi dengan anaknya Industri 4.0, khususnya konstruksi media terhadap kedudukan dan peran ibu rumah tangga. Apakah mereka terpengaruh dan pada akhirnya cenderung hedonis?.

Itu adalah pertanyaan yang amat sederhana, seiring perkembangan zaman yang jauh mengkaji koridor agama sebagai pegangan hidup. Begitu juga dengan kajian peran penting tentang pemahaman literasi digital.

Acapkali ibu rumah tangga memiliki sikap cenderung konsumtif. Hal ini disebabkan karena; pertama, kebosanan didalam rumah dan pola pengasuhan anak yang memberikan segala keinginan anak bukan pada sektor kebutuhan anak.

Peran media sangat gencar dalam menyerang cara pandang atau mainstrem berpikir, sehingga ibu dan anak lebih asyik pergi keluar menikmati arus globalisasi teknologi informasi. Kedua, ketidakmampuan menghadapi perkembangan zaman yang disibukkan dengan urusan rumah tangga saja, sehingga mengandalkan kedudukan posisi suami untuk memberikan nafkah dan belanja urusan rumah tangga.

Ketiga, tidak memiliki sense of entrepreneurship dan sense of responbility terhadap masalah-masalah sosial kemasyarakatan.

Jika menilik persoalan di atas, bisa jadi menjadi benar perempuan rumah tangga menjadi korban atau obyek dari pengaruh teknologi dan informasi. Hal ini tidak bisa mensalahkan posisi perempuan dalam keluarga akan tetapi bagaimana mengkonstruksi cara pandang untuk tidak terjebak arus media.

Bahkan tentunya mengembalikan wilayah eksistensinya yaitu peran sebagai ibu rumah tangga untuk membesarkan anak biar menjadi anak yang berbudi pekerti. Akan tetapi bukan hal itu saja peran dan kedudukaanya, namun terkait pola hubungan sosial kemasyarakatan dan tidak bergantung pada peran suami untuk menafkahi.

Candu Media Sosial

Jika hal ini terus dikonstruksi oleh media, bahwa ibu rumah tangga hanya berperan di sektor internal. Sehingga menjadikan mereaka sibuk dengan media seperti media sosial facebook, twitter, instagram maupun whatshapp.

Maka diupayakan dekonstruksi peran ibu rumah tangga, sehingga media tidak menjadi candu bagi mereka. Namun mampu mengembangkan ke wilayah internal maupun eksternalnya berupa prosesi penyadaran peran penyimbang suami.

Seperti mampu memberikan masukan ekonomis berupa kewirausahaan malaui home industri. Saat ini ibu rumah tangga, bisa memanfaatkan potensi ekonomi digital. Di sini peran pemerintah harus mampu mewujudkan pembangunan infrastruktur digital. Bertujuan agar terjalin konektivitas di seluruh wilayah. Pemahaman literasi digital juga sangat penting sebagai upaya untuk membanguan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM).

Sedangkan pada wilayah eksternalnya, ibu rumah tangga mampu aktif di organisasi kemasyarakatan seperti PKK, Aisyiyah ataupun Fatayat. Sehingga peran perumpuan rumah tangga tidak menjadi korban media, namun menjadi pedang yang mampu menebas arus industri 4.0 yang tidak baik untuk anak dan ibu-ibu lainnya.

Dekonstruksi perempuan rumah tangga merupakan propaganda untuk menempatkan kedudukan perempuan pada wilayah internalnya yakni tidak mengantungkan diri pada peran suami dan wilyah eksternal untuk turut serta bertanggung jawab demi tercapai tatanan masyarakat yang lebih baik, sehingga menjadi control social.

Fenomena perempuan yang cenderung hedonis sebenarnya memang bukannya hanya para ibu, akan tetapi juga munculnya fenomena perempuan yang bekerja di luar rumah yang disebabkan oleh terbukanya lapangan pekerjaan bagi perempuan secara luas. Perubahan masyarakat yang terkenak imbas dari arus globalisasi industri 4.0 disebabkan antara lain perubahan politik ekonomi yang bertumpu pada pertumbuhan.