Kirain lebih aman, ternyata air minum kemasan botol sekali pun tak menjamin terbebas dari mikroplastik.
BARISAN.CO – Air merupakan pusat pembangunan ekonomi dan sosial karena dengan kurangnya akses air bersih akan memengaruhi kesehatan masyarakat, pendidikan, dan peluang ekonomi yang mengarah ke siklus kemiskinan dan ketimpangan.
Ketika air di sungai, danau, dan lautan tercemar, maka itu dapat membahayakan satwa liar, membuat air minum tidak aman, dan mengancam perairan tempat kita berenang dan memancing.
Mikroplastik yang dapat masuk ke sumber air minum, entah melalui limpasan permukaan, limbah plastik yang terdegradasi, limbah industri, dan lain sebagainya. Bahkan, air minum dalam kemasan (AMDK) di Indonesia juga tercemar mikroplastik.
Sebuah penelitian dari Universitas Kedokteran Wina yang diterbitkan jurnal Exposure & Health menemukan, rata-rata lima gram partikel platik memasuki saluran pencernaan manusia tiap minggunya.
Sementara, produksi plastik global meningkat drastis, dari 1,5 juta metrik ton pada tahun 1950 menjadi 367 juta metrik ton di tahun 2020. Diperkirakan, produksi tersebut akan mencapai hingga 1.100 juta ton pada tahun 2050.
Para peneliti mengkhawatirkan efek jangka panjang dari mikroplastik yang dikonsumsi oleh tubuh kita. Dilansir dari Down to Earth, studi yang menyelidiki mikroplastik dalam air kemasan melaporkan, sebagian besar dilepaskan dari bahan botol, leher botol, dan tutupnya.
Warna partikel dari bahan botol itu sendiri transparan, sedangkan tutupnya berwarna biru atau hijau. Polimer plastik tertinggi yang terdeksi adalah polietilen tereflatat (PET) yang digunakan untuk memproduksi bahan botol dan tutupnya.
Studi juga membuktikan, itu bisa terjadi karena beberapa faktor lainnya seperti tekanan fisik selama pengangkutan, pengocokan botol, dan injeksi air bertekanan tinggi ke dalam botol di pabrik produksi.
Selain itu, dampak termal selama penyimpanan memperburuk proses fragmentasi. Botol air PET yang dapat digunakan kembali memiliki partikel mikroplastik yang lebih tinggi daripada botol PET sekali pakai. Seringnya membuka dan menutup botol juga menyebabkan lebih banyak partikel terbentuk karena gesekan.
Partikel mikroplastik yang dicerna melalui air minum kemasan dapat bermigrasi ke dinding usus hingga mencapai berbagai jaringan tubuh manusia termasuk usus, hati, dan kelenjar getak bening. Partikel itu selanjutnya memasuki jaringan yang kemungkinan dapat menyebabkan peradangan jaringan paru-paru yang menyebabkan kanker.
Akumulasi partikel ini dalam jaringan manusia telah dikaitkan dengan toksitas kimia, sepeti plastisis, penstabil, dan pigmen yang dapat dilepaskan oleh mikroplastik dan mengalir melalui aliran darah tubuh kita. Bahan kimia ini telah dikaitkan dengan masalah kesehatan seperti peradangan, genotoksisitas, stres oksidatif, dan kerusakan pada saluran pencernaan.
Sehingga, disarankan ketika menggunakan air kemasan sebagai sumber air utama air minum, minimalkan mengocok botol dan terlalu sering membuka serta menutupnya. Tidak disarankan untuk menggunakan kembali botol air plastik karena penggunaan kembali meningkatkan laju abrasi permukaan bagian dalam, melepaskan partikel mikroplastik tambahan dari permukaan bagian dalam botol.
Penting untuk menyimpan botol di tempat yang sejuk dan kering untuk mengurangi paparan sinar matahari. Sebab, sinar matahari dapat mempercepat degradasi botol menjadi lebih rapuh yang menyebabkan banyak pelepasan partikel mikroplastik.
Panas juga dapat menyebabkan botol PET melepaskan polutan kimia, seperti plasticizer yang dapat mencemari air. Bahan kimia tersebut seperti phthalates dan bisphenol A (BPA) yang berbahaya bagi kesehatan manusia jika dikonusmsi dalam jumlah banyak. (Yat)