ELEKTABILITAS adalah perlu, tetapi bukan satu-satunya syarat seorang pemimpin. Justru kapasitas dan kapabilitas lebih utama karena yang akan membentuk karakter kepemimpinan Indonesia mendatang, dua unsur tersebut.
Bisa Anda bayangkan seorang presiden menjadi tuan rumah sebuah perhelatan yang melibatkan puluhan kepala negara. Tetapi sang kepala negara tuan rumah tersebut seperti kesepian di tengah keramaian (teralienasi). Hanya karena sulit berkomunikasi dan keterbatasan dalam berbahasa. Padahal, dalam acara-acara penting justru di sesi nonformal bisa jadi ide besar, gagasan orisinal bisa lahir dan solusi kreatif bisa tersampaikan secara humanis. Akhirnya negara tuan rumah hanya sukses sebagai panitia!
Tradisi Anies
Anies Rasyid Baswedan sudah memulai tradisi baru dalam perhelatan menjelang Pilpres 2024. Adu gagasan diharapkan menjadi tradisi dan Anies sudah memulainya saat pidato politik di acara relawan di Istora Senayan, Jakarta, beberapa waktu lalu.
Kritikan Anies belum sampai kepada sejumlah proyek strategis nasional yang mercusuar seperti Ibu Kota Negara (IKN) dan Kereta Cepat Jakarta – Bandung. Anies baru mengkritik kebijakan subsidi untuk mobil listrik.
Dalam kesempatan tersebut Anies mengatakan, subsidi mobil listrik tidak tepat sasaran karena hanya dinikmati kalangan mampu. Selain itu, subsidi juga hanya akan menambah kemacetan. Justru Anies mengusulkan subsidi tersebut lebih tepat disalurkan untuk kendaraan umum dan angkutan massal.
Tak berselang lama, reaksi pun datang dari para pejabat di lingkungan Pemerintahan Jokowi. Reaksi yang cukup emosional datang dari Menko Maritim dan Investasi yang selama ini sangat gigih memperjuangkan subsidi mobil listrik.
Dari mulut Luhut sampai keluar pernyataan, “Siapa yang berkomentar? Saya enggak tahu itu. Nanti suruh dia datang ke saya, nanti biar saya jelaskan bahwa itu enggak ada (benarnya), enggak benar omongannya itu.”
Reaksi yang sama juga datang dari Menko Perekonomian Airlangga Hartarto dan Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita. Kesimpulannya hampir sama: subsidi mobil listrik adalah tren global.
Anies Berhasil Pancing Pejabat
Anies Rasyid Baswedan telah berhasil memancing para pejabat di lingkungan Pemerintahan Jokowi berkomentar. Sebagai pembuat regulasi mereka pun berdalih dengan argumennya. Perdebatan ini juga memancing pendukung subsidi mobil listrik dan juga yang menolak saling adu argumen di media sosial.
Yang mengejutkan, komentar publik atau netizen di kolom komentar sejumlah media daring. Komentar netizen tidak hanya soal konflik kepentingan elite di lingkungan Pemerintahan Jokowi, tetapi juga soal mobil listrik yang tidak efektif menekan emisi karbon.
Siapa sebenarnya pemain mobil listrik? Netizen pun menyebut Luhut Binsar Pandjaitan, Moeldoko, Aburizal Bakrie dan pengusaha lain yang juga memiliki keterkaitan dengan para pembuat kebijakan.
Netizen juga memberikan alasan lain yang ilmiah. Mobil listrik juga belum tentu menjadi kendaraan yang dapat mengurangi emisi karbon dan ramah lingkungan. Sebaliknya, justru sangat destruktif merusak lingkungan.
Selama sumber listrik untuk mengisi baterei bersumber dari energi fosil seperti solar dan batubara, menekan emisi karbon dan ramah lingkungan hanya jargon tanpa nilai. Sama saja seperti jualan mobil pada umumnya.