ANIES Rasyid Baswedan menumpang kereta Argo Wilis dan turun di Stasiun Kota Banjar. Setelah itu melalui jalan darat yang berkelok dan indah melewati hutan jati milik PTPN VIII menuju kediaman mantan Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti di Parigi, Kabupaten Pangandaran.
Stasiun Banjar, adalah tempat bermain dan wisata terfavorit masa kecil saya ketika berkunjung ke saudara di kota. Banjar menjadi bagian masa kecil saya yang paling berkesan karena setiap sore dan pagi suara terompet kereta jurusan Jawa, lewat. Lokomotif yang mengeluarkan asap membubung tinggi bersiluet dengan fatamorgana sore, sungguh indah.
Pada masanya, dari Banjar ke Pangandaran dulu pernah dilalui lokomotif yang menembus jurang, lembah dan gunung. Ada jembatan Cikacepit yang sangat mengerikan dan orang di bawah sana terlihat seperti semut.
Lokomotif juga menembus dua terowongan yang dikenal dengan Wilhelmina I dan Wilhelmina II. Satu terowongan sampai menghabiskan satu lilin untuk penerang.
Kini terowongan itu terbengkalai dan menjadi jalan setapak ketika warga beraktivitas. Kadang juga menjadi ajang uji nyali bagi youtuber.
Semoga saja Pak Anies saat berkunjung ke Pangandaran, mendapat cerita tentang keindahan dan keeksotisan kereta Banjar-Pangandaran. Kereta yang tidak membedakan status membawa siapa saja untuk berwisata di Pantai Pangandaran.
Revitalisasi Jalur Pangandaran
Entah apa tujuan PT Kereta Api (Persero) menamai salah satu keretanya bernama KA Pangandaran. Kalau memang tujuannya untuk meningkatkan pariwisata di pantai selatan seharusnya tidak berhenti hanya sekadar nama. Sementara keretanya tak mampir di Stasiun Pananjung yang melegenda di kawasan wisata Pangandaran.
Padahal, pada tahun 80-an kereta Banjar – Pangandaran sangat digemari para wisatawan domestik. Namun, setelah reformasi justru kereta tersebut tak pernah disentuh termasuk diwacanakan sekalipun.
Pernah suatu waktu ketika PT KAI dipimpin Ignasius Jonan, muncul rencana untuk merevitalisasi jalur kereta Banjar – Pangandaran. Kabarnya Prancis siap mengucurkan dana sampai Rp2 triliun.
Setelah itu tak ada kabar lagi. Padahal, jalur kereta yang mulai dibangun pada Juli 1913 sepanjang 82,5 kilometer tersebut selain bersejarah juga bisa menjadi kereta wisata seperti halnya di sejumlah negara Eropa.
Semoga kedatangan Anies ke Pangandaran tidak sekadar kangen berkunjung dengan sahabatnya ketika menjadi Menteri di Kabinet Indonesia Maju, melainkan menyerap aspirasi masyarakat di pantai selatan.
Anies adalan pencinta dan juga pengguna kereta. Anies sangat menikmati layanan dan fasilitas keret Argo Wilis ketika dari Yogyakarta dan juga ketika sepulang dari Bandung dengan Argo Parahyangan.
Anies sepertinya tidak membutuhkan kereta cepat. Untuk apa kecepatan bila tidak menikmati keindahan alam yang diberikan Tuhan. Karena itu Anies pun menolak wacana kemungkinan Argo Parahyangan dimatikan hanya untuk memaksa masyarakat beralih menggunakan Kereta Cepat Jakarta – Bandung yang baru impas 80 tahun kemudian.
Semoga saja, ketika Anies terpilih menjadi presiden pada Pemilu 2024, reaktivasi atau revitalisasi jalur kereta Banjar – Pangandaran dapat terwujud. Dan, Anies pun meresmikannya ditemani Ibu Susi! [rif]