Kitab ini kemudian diberi syarah oleh ulama lain bernama al-Nawawi dengan judul Tijānu ad-Darāri. Dalam catatannya, al-Nawawi menyelesaikan syarah tersebut pada tanggal 7 Rabi’ul Awal tahun 1297 H.
Adapun al-Sanusi sendiri, nama lengkapnya adalah Abu Abdillah Muhammad bin Yusuf Umar bin Syu’aib dari suku Sanus.
Ia lahir di kota Tilimsan, Aljazair, pada tahun 832 H dan wafat pada hari Ahad tanggal 18 Jumadil Akhir 895 H atau 9 Mei 1490 M. Dengan demikian, ia wafat pada usia 63 tahun.
Pendidikan awalnya ia dapatkan dari ayahnya sendiri, lalu melanjutkan belajar kepada para ulama terkenal di Tilimsan.
Kemudian ia melanjutkan pendidikan ke kota Aljazair dan menjadi murid dari seorang ulama terkemuka bernama Abdul Tsabit.
Karya teologi al-Sanusi yang paling terkenal adalah Umm al-Barahin, yang juga dikenal sebagai al-Risalah al-Sanusiyah.
Kitab inilah yang menjadi rujukan utama bagi para pengikut al-Sanusi. Dalam kitab ini, al-Sanusi menetapkan 20 sifat wajib bagi Allah yang dibagi dalam 4 kelompok besar, yaitu: sifat Nafsiyah, Salbiyah, Ma’ani, dan Ma’nawiyah.
Sifat wajib itu adalah: Wujud, Qidam, Baqā’, Mukhalafah li al-hawadits, Qiyam bin Nafsihi, Wahdaniyah, Qudrah, Irādah, ‘Ilmu, Hayāt, Samā’, Bashar, Kalām, Qādir, Murīd, ‘Ālim, Hayy, Samī’, Bashīr, dan Mutakallim.
Sifat Nafsiyah hanya satu, yaitu Wujud. Sifat Salbiyah mencakup Qidam, Baqā’, Mukhalafah lil Hawādits, Qiyam binafsih, dan Wahdaniyah.
Sifat Ma’ani mencakup Qudrah, Irādah, ‘Ilm, Hayah, Samā’, Bashar, dan Kalām. Sedangkan sifat Ma’nawiyah mencakup Qādir, Murīd, ‘Ālim, Hayy, Samī’, Bashīr, dan Mutakallim.
Selain sifat wajib, al-Sanusi juga menetapkan 20 sifat mustahil bagi Allah, yang merupakan kebalikan dari sifat wajib tersebut. Di antaranya adalah: ‘Adam (tidak ada), Huduts (baru), Fanā’ (tidak kekal), Mumatsalah lil hawadits (menyerupai makhluk), dan lainnya.
Ada pula satu sifat jaiz bagi Allah, yaitu boleh melakukan atau tidak melakukan sesuatu sesuai kehendak-Nya.
Untuk sifat para rasul, al-Sanusi menetapkan 3 sifat wajib yaitu: Shiddiq (jujur), Amanah (terpercaya), dan Tabligh (menyampaikan). Lawannya adalah sifat mustahil: Kidzib (dusta), Khianat (tidak amanah), dan Kitman (menyembunyikan).
Rasul juga memiliki satu sifat jaiz, yaitu mereka sebagai manusia biasa dapat makan, minum, tidur, merasakan senang dan sakit, selama tidak merendahkan martabat kenabian.
Namun dalam perkembangan berikutnya, para pengikut al-Sanusi menambahkan satu sifat wajib bagi rasul, yaitu Fathanah (cerdas), dan satu sifat mustahil sebagai lawannya, yaitu Baladah (bodoh).