Scroll untuk baca artikel
Blog

[FOKUS] Banjir, Tuhan, Kapitalis, dan Perlawanan Nuh As

Redaksi
×

[FOKUS] Banjir, Tuhan, Kapitalis, dan Perlawanan Nuh As

Sebarkan artikel ini

Singkatnya kita belum memiliki rancangan ekologis yang representatif yang bermuatan spiritualitas lingkungan. Meski tuntutan berperikehidupan berwawasan lingkungan ataupun kesadaran lingkungan dalam kampanye sangat kuat.

Maka krisis lingkungan hidup dan kemanusiaan harus menjadi pusat perhatian bagi setiap tradisi dan komunitas keagamaan, sekaligus fokus dalam upaya memahami hakekat spiritualitas lingkungan dan kedirian kita yang memiliki peran untuk memakmuran bumi.

Nabi Nuh As dan Kaum Kapitalis

Masihkah kita mengingat kisah Nabi Nuh As, tak pantas kiranya kita mensalahkan Tuhan dan curah hujan tapi diri kitalah yang bersalah. Allah sebagai Tuhan yang menjadi sutradara memerintahkan kita untuk mematuhi segala apa yang diperintahkan serta menjauhi segala yang dilarang.

Jikalau Sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, Maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.” (QS. Al-A’araaf/7: 96)

Al Qur’an juga menerangkan untuk tidak membuat kerusakan di muka bumi ini seperti dalam surat al A’raaf yakni:

وَلَا تُفْسِدُوا فِي الْأَرْضِ بَعْدَ إِصْلَاحِهَا وَادْعُوهُ خَوْفًا وَطَمَعًا إِنَّ رَحْمَةَ اللَّهِ قَرِيبٌ مِنَ الْمُحْسِنِينَ

Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik”. (Q.S. Al A’raaf/7 : 56).

Pada dasarnya kerusakan sumber daya alam dan lingkungan itu disebabkan oleh kelakuan manusia sendiri. Akibatnya sumber daya alam dan pada khususnya energi menjadi barang langka akibat tingkat interaksi yang berlebihan (over explotation) dan kurang memperlihatkan aspek berkelanjutan.

Siapa itu Nabi Nuh As?, nama Nuh bukan berasal dari bahasa Arab, tetapi dari bahasa Syria yang artinya “bersyukur” atau “selalu berterima kasih”. Dinamakan Nuh karena seringnya dia menangis, nama aslinya adalah Abdul Ghafar (Hamba dari Yang Maha Pengampun). Geneologi Nuh As adalah nabi ketiga sesudah Adam, dan Idris. Ia merupakan keturunan kesembilan dari Adam.