Scroll untuk baca artikel
Blog

[FOKUS] Banjir, Tuhan, Kapitalis, dan Perlawanan Nuh As

Redaksi
×

[FOKUS] Banjir, Tuhan, Kapitalis, dan Perlawanan Nuh As

Sebarkan artikel ini

Ayahnya adalah Lamik (Lamaka) bin Metusyalih atau Mutawasylah (Matu Salij) bin Idris bin Yarid bin Mahlail bin Qainan bin Anusyi bin Syits bin Adam. Antara Adam dan Nuh ada rentang 10 generasi dan selama periode kurang lebih 1642 tahun. Sedangkan menurut kisah dari Taurat nama asli Nuh adalah Nahm yang kemudian menjadi nama sebuah kota, kuburan Nuh berada di desa al Waqsyah yang dibangun didaerah Nahm. Nuh As mendapat gelar dari Allah dengan sebutan Nabi Allah dan Abdussyakur yang artinya “hamba (Allah) yang banyak bersyukur”.

Ia hidup sekitar (3993-3043 SM) seorang pejuang anti kapitalis atau rasul yang diceritakan dalam Kitab Taurat, Al-Kitab dan Al-Qur’an. Nuh As diangkat menjadi Nabi sekitar tahun 3650 SM, diperkirakan tinggal di wilayah selatan Irak Modern dan bahkan di negeriku Indonesia menggap Nabi Nuh As berasal dari Jawa Indonesia, sebab kayu-kayu besar dan banyaknya gunung dan kemakmuran berada di wilayah Nusantara.

Menurut Al-Qur’an, ia memiliki 4 anak laki-laki yaitu Kanʻān, Sem, Ham, dan Yafet. Namun Alkitab hanya mencatat, ia memiliki 3 anak laki-laki Sem, Ham, dan Yafet. Ia mempunyai istri bernama Wafilah, sedangkan beberapa sumber mengatakan istri Nuh adalah Namaha binti Tzila atau Amzurah binti Barakil.

Kisah Nabi Nuh As dan Bahteranya sebenarnya merupakan perlawanan kaum tertindas dengan kaum kapitalis. Nabi Nuh merupakan Nabi dan Rasul pertama yang diutus pada suatu kaum yakni kaum Bani Rasib. Dimana saat itu Nabi Nuh hidup pada masa Raja Dhahhak atau Biyorasih yang sebelumnya membunuh Raja Jim (Jamsyid), lalu kerajaan mengalami fase suksesi, kepemimpinan digantikan seorang laki-laki bernama Darmasyil. Darmasyil ini menjadi sosok penjajah, ia merupakan raja yang kuat perkasa dan menguasai kekayaan alam, ia menjadi super power penguasa atau kaum kapitalis yang menguasai kekayaan.

Dalam kelas sosial Kaum Nabi Nuh As terbagi menjadi 3 (tiga) yakni kelas para raja, kelas bangsawan atau punggawa kerajaan dan kelas rakyat. Kaum kapitalis menjadi kelasnya para raja dan bangsawan yang berperan membuat kerusakan di muka bumi. Mereka kaum kapitalis menipu rakyat dengan kekuasaan palsu dan menjadikan kelas rakyat sebagai warga yang wajib mentaati dan tidak boleh menentang kaum kapitalis.