Scroll untuk baca artikel
Blog

Bayang Gelap Pemulihan Ekonomi bernama Stagflasi

Redaksi
×

Bayang Gelap Pemulihan Ekonomi bernama Stagflasi

Sebarkan artikel ini

Proyeksi inflasi dari Bank Indonesia adalah 2 sampai 4% dengan pertumbuhan di akhir tahun ditarget 4,7% sampai 5,5% Namun jika inflasi tidak dikendalikan dan jauh melampaui target, maka upaya peningkatan daya beli masyarakat pasca pandemi akan menjadi sia-sia dan target pertumbuhan akan terkoreksi. Hal ini karena pertumbuhan nominal tidak mewakili produktivitas masyarakat. Dengan melihat kondisi domestik dan global, menurut perkiraan IMF kemungkinan inflasi bakal menyentuh 8,7%, pemerintah harus berfokus pada upaya pengendalian inflasi dengan menggabungkan sinergi antara kebijakan moneter yang juga dibarengi penataan arus tara kelola dan suplai barang-barang, terutama kebutuhan pokok.

Penanganan stagflasi memang dilematis, Bank Indonesia bisa menaikkan suku bunga untuk menahan laju inflasi. Namun, hal itu juga bisa merugikan kegiatan ekonomi secara keseluruhan, karena akan menghentikan laju pertumbuhan pinjaman dan investasi. Kebijakan stimulus yang memacu lebih banyak pertumbuhan ekonomi atau mempertahankan suku bunga rendah justru akan berpotensi semakin meningkatkan inflasi. Sudah seperti menangani hantu bukan? Kuncinya adalah adanya sinergi yang pas antara kebijakan moneter dan kebijakan fiskal dari para pemangku kebijakan.

Seperti selayaknya hantu maka kondisi stagflasi masih pada titik berpotensi terjadi di Indonesia dan negara lain di dunia. Masih terjadi perdebatan, apakah fenomena inflasi tinggi yang terjadi di berbagai negara di dunia berkaitan dengan fenomena stagflasi atau tidak sama sekali. Namun, sudah selayaknya Indonesia mewaspadai hantu yang menjadi bayang gelap upaya pemulihan ekonomi ini. “Monster are real, ghost are real too. They live inside us, and sometimes, they win.” -Stephen King, The Shining. [rif]