“Gue seringnya nonton (bola) paling kalau di rumah aja, tapi emang gue suka banget FM,” ucap Raditya Dika.
BARISAN.CO – Sepak bola itu unik. Tidak harus bisa bermain sepak bola untuk menyukainya. Pun, tidak harus mempunyai klub favorit untuk menggemarinya.
Itulah situasi yang juga dialami komika kondang, Raditya Dika. Dalam tayangan podcast Sport 77 di Youtube, komika yang akrab disapa Radit itu mengungkapkan bahwa ia tidak mahir bermain sepak bola dan juga bukan seorang fans fanatik klub sepak bola. “Gue sama sekali nggak punya tim yang didukung,” jelasnya.
Namun, gim taktik sepak bola dengan format simulasi manajer sepak bola bernama Football Manager (FM), telah mengubahnya. Ia yang tidak menyukai sepak bola, tiba-tiba mempunyai ketertarikan pada dunia sepak bola sejak memainkannya. “Jujur gue suka banget FM,” ucap Radit.
Radit mengaku, ia mulai menggandrungi FM sejak jaman gim tersebut masih bernama Championship manager (CM). “Emang gue suka banget FM dari jaman CM,” terangnya. Sampai akhirnya FM dan CM terpecah pada 2003, ia pun masih memainkannya. Bahkan, hingga sekarang, ia juga masih memainkannya. “Gue main sampai (update) tahun yang kemarin, yang terakhir,” imbuhnya.
Gim Football Manager
Menarik memang, kecanggihan teknologi telah memunculkan permainan sepak bola dalam dunia virtual. Seorang yang tidak bisa memperoleh sensasi asyiknya bermain sepak bola di lapangan hijau, kini bisa memperoleh sensasi keseruan permainan sepak bola di dunia virtual.
Kembali ke pengalaman Radit, kesukaannya pada FM karena ia memperoleh keseruan ketika memainkannya. “Dulu gue nyari menang, tapi sekarang gue main FM itu nyari keseruannya,” ungkapnya. Bahkan, dia juga mempunyai rasa kepemilikan terhadap timnya di FM. “Gue bener-bener kayak jadi orang yang peduli banget sama tim gue,” katanya.
Dari keseruan itu, Radit kemudian membuat challenge pribadi untuk memenangi turnamen, seperti mendapatkan treble winner. Karenanya, ia memperhatikan detail-detail dalam teori, taktik, dan teknis sepak bola. “Selama gue lagi main FM, gue tontonin semua teori-teori sepak bola,” ucapnya. Tifo Football dan The Athletics menjadi bacaan wajibnya untuk belajar membedah formasi.
“Gue belajar formasi, seneng gue, lihat ada (formasi) 4-3-3 yang pemain jangkarnya itu posisinya macam-macam,” terang Radit. Namun, di balik kegemarannya mempelajari teori sepak bola, Radit mengaku tidak suka mengikuti perkembangan dunia sepak bola, seperti fans klub atau penggemar sepak bola pada umumnya.
Wawasan Teori Sepak Bola
“Gue lebih ke nerd-nya gitu loh, kayak ke kutu bukunya,” jelas Radit. Ia menjelaskan kesukaannya pada dunia sepak bola dalam hal teknik dan kreativitas mengotak-atik sebuah formasi. Seperti ia mencontohkan Pep Guardiola, sosok pelatih yang menurutnya berhasil menginovasi formasi sepak bola dengan mengembangkan pemain tengahnya menjadi bek.
Karena itulah, Radit menggemari dunia sepak bola, dan ia mendapatkan pengalaman itu dari keseruannya bermain FM. Sedangkan, menonton sepak bola adalah sesuatu yang lain, baginya hanyalah sekedar mengisi waktu luangnya saja. Bahkan, “jujur ya, kadang kayak gue nonton (sepak bola) 30 menit (sampai) 40 menit kayak bosan gitu,” tutupnya.
Alhasil, menarik memang, kemunculan gim sepak bola telah menciptakan hal baru. Yakni, orang yang tidak suka bermain bola, bahkan tidak doyan menontonnya juga namun justru gemar menyelami seluk-beluk taktik sepak bola. Dan, komika Raditya Dika adalah satu dari sekian banyak orang yang mengalami hal demikian. Apakah Anda termasuk juga? [rif]