Barisan.co
  • Beranda
  • Opini
  • Analisis
    • Esai
    • Analisis Awalil
    • Perspektif
  • Kolom
  • Khazanah
  • Lifestyle
  • Sosok
  • Sastra
  • Barisan Tv Network
    • Barisan Tv
    • Awalil Rizky
Tak ada hasil
Lihat semua hasil
Barisan.co
Tak ada hasil
Lihat semua hasil
Barisan.co
Tak ada hasil
Lihat semua hasil
Beranda Opini

Berani, Nyali atau Presiden Nekat?

:: Yayat R Cipasang
8 Juni 2023
dalam Opini
nyali

Presiden Joko Widodo (Jokowi)

Bagi ke FacebookCuit di TwitterBagikan ke Whatsapp

MENARIK mencermati diksi yang dipakai Presiden Jokowi dalam pidato arahan Rapat Kerja Nasional Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP). Dalam salah satu pernyataannya Jokowi memberikan kriteria untuk presiden mendatang yang penting berani dan punya nyali.

“Kalau pemimpin ke depan, seperti Pak Ganjar Pranowo yang paling penting itu memang nyali itu nomor satu. Berani itu nomor satu,” ujar Jokowi seperti dikutip Liputan6.com, dalam acara Rakernas ke-3 PDIP, Senin (6/6/2023).

Saya pun penasaran kemudian membaca tesaurus dan juga kamus untuk mencari arti dan padanan dua kata tersebut. Berani kira-kira padanan katanya, “mempunyai hati yang mantap dan rasa percaya diri yang besar dalam menghadapi bahaya, kesulitan, dan sebagainya; tidak takut (gentar, kecut).”

Makna berani tersebut dalam konteks mempertahankan kebenaran. Begitu juga dengan makna nyali tak jauh berbeda artinya, juga keberanian. Kata berani kemudian diimbuhi kata nyali pernyataan Jokowi tampak seperti dramatis.

BACAJUGA

Cerdas Kaesang Pengarep

Mencermati Satir Cerdas Kaesang Pengarep

30 September 2023
Alokasi Anggaran Polri Ditambah

Alokasi Anggaran Polri Ditambah

23 September 2023

Berani atau Nekat

Sayangnya Presiden Jokowi cuma berhenti di dua kata tersebut. Tidak lagi menyebut kriteria lain. Dua kriteria ini tidak substantif dan tak memiliki nilai sama sekali. Sama seperti dua kriteria yang disodorkan Jokowi sebelumya yang sangat absurd seperti kriteria pemimpin masa depan yang rambutnya beruban dan keningnya berkerut.

Seharusnya Presiden Jokowi menambah kriteria lain yang memiliki nilai, bermakna dan terukur. Apalagi dunia ke depan tidak bisa lagi mengandalkan kemampuan sendiri melainkan harus berkolaborasi. Tidak bisa lagi hidup terisolasi dan memihak kepada satu kepentingan atau dalam satu blok.

Kriteria berani dan nyali pun tidak memiliki konteks ketika Presiden mengaitkan dua kata tersebut dengan masalah global seperti krisis pangan, perubahan iklim, energi, perang, geopolitik, energi terbarukan dan sanksi Uni Eropa terutama terkait penebangan hutan dan sawit serta pertambangan.

Dampak Pemimpin Bermodalkan Nyali

Kalau pemimpin cuma mengandalkan berani dan nyali dampaknya bisa seperti sekarang ini. Tragis. Sepatutnya ini tidak dicontoh atau ditiru.

Berani dan nyali hanya akan menghasilkan residu dan toksin demokrasi. Berani dan nyali akhirnya menyatu menjadi nekat. Nekat membangun Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara, nekat membangun kereta cepat Jakarta-Bandung, nekat membangun infrastruktur dan nekat berutang. Lebih berbahaya lagi nekat berpihak atau berporos pada salah satu negara.

Padahal dunia ke depan adalah mereduksi permusuhan dan konflik untuk memperkuat kolaborasi dan pertemanan.

Dampak nekat sudah kita rasakan sekarang. Investor terutama dari negara Uni Eropa dan Amerika Serikat bukan malah bertambah justru yang sudah ada di dalam negeri malah mundur seperti dalam proyek strategis nasional gasifikasi batubara. Perusahaan yang awalnya bekerja sama dengan BUMN dan perusahaan milik Bakrie malah tidak hanya angkat tangan tetapi juga angkat kaki.

Dalam berbagai forum dunia pun Presiden Jokowi tak terlewati menawarkan investasi di IKN dengan segala macam insentif. Terbaru mengajak warga Singapura untuk bermukim di IKN. Singapura adalah representasi Eropa dan Amerika di Asia Tenggara. Warga Singapura atau investor Singapura tetap saja seperti Eropa dan Amerika, tidak tertarik. Sudah pasti mereka menolak karena IKN juga merusak hutan dan mengusik masyarakat adat. Dua masalah ini adalah sangat anti bagi Eropa dan Amerika.

Jadi, pernyataan bahwa calon pemimpin atau presiden masa depan harus berani dan bernyali itu bisa menyesatkan.

Justru pemimpin masa depan itu yang utama harus memiliki gagasan, narasi dan karya.

Editor: Lukni
Topik: BeraniJokowi
Bagikan2Tweet2Send
Yayat R Cipasang

Yayat R Cipasang

Menulis buku Selebritis Ramai-ramai Bidik Senayan (Madia Publisher, 2009), DPR Salah Gaul (Change, 2014), Yanti B Sugarda: Ibu Polling Indonesia (Change, 2014), Menulis Itu Asyik (Diva Press, 2020) dan Selendang untuk Anies (Alinea Publishing, 2022).

POS LAINNYA

Makam Diponegoro
Opini

Perlukah Kita Memindah Makam Pangeran Diponegoro?

25 September 2023
Perusahaan Koperasi
Opini

DIVVY: Keunggulan Sistem Perusahaan Koperasi

24 September 2023
Koalisi Perubahan vs Non Perubahan = Koalisi Kerakyatan vs Koalisi Kekuasaan
Opini

Koalisi Perubahan vs Non Perubahan = Koalisi Kerakyatan vs Koalisi Kekuasaan

22 September 2023
Apakah Keuntungan Itu
Opini

Apakah Keuntungan Itu?

21 September 2023
Oligarki yang Menagih Hutang
Opini

Masa Lalu, Masa Depan, dan Oligarki yang Menagih Hutang

21 September 2023
Prabowo dan Ganjar Menunggu Godot?
Opini

Prabowo dan Ganjar Menunggu Godot?

20 September 2023
Lainnya
Selanjutnya
Rendahnya Pertumbuhan Ekonomi Era Jokowi

Rendahnya Pertumbuhan Ekonomi Era Jokowi

Jika Kandidat Partai Republik Terpilih, Kebijakan Iklim AS Akan Terhenti

Jika Kandidat Partai Republik Terpilih, Kebijakan Iklim AS Akan Terhenti

TRANSLATE

TERBARU

Viral Perundungan di Sekolah, 72%  Mengaku Pernah Mengalami, Ini Datanya
Terkini

Viral Perundungan di Sekolah, 72%  Mengaku Pernah Mengalami, Ini Datanya

:: Beta Wijaya
30 September 2023

BARISAN.CO - Viral insiden perundungan di lingkungan sekolah terjadi lagi, hal itu semakin menjadi sorotan di media sosial dan arus...

Selengkapnya
Majelis Sholawat An-Nahdhiyyah Indonesia

Doakan Kemenangan Anies-Cak Imin, Majelis Sholawat An-Nahdhiyyah Rutin Gelar Istigosah

30 September 2023
VAR: Inovasi yang Membantu Wasit Mengambil Keputusan

VAR: Inovasi yang Membantu Wasit Mengambil Keputusan

30 September 2023
Kejayaan Kelapa Berakhir, Mangrove Telanjur Rusak

Kejayaan Kelapa Berakhir, Mangrove Telanjur Rusak

30 September 2023
Melalui Video Call, Anies Minta Relawan Manies di Ambon Jaga Kesolidan dan Kesantunan

Melalui Video Call, Anies Minta Relawan Manies di Ambon Jaga Kesolidan dan Kesantunan

30 September 2023
Promosi Pinjam Perangkat IQOS 14 Hari Dikhawatirkan Meningkatkan Jumlah Perokok Anak

Promosi Pinjam Perangkat IQOS 14 Hari Dikhawatirkan Meningkatkan Jumlah Perokok Anak

30 September 2023
Bakorsi Kecamatan gatak

Tim Kecamatan Gatak Akan Dikukuhkan, Begini Pesan Ketua Bakorsi Sukoharjo

30 September 2023
Lainnya

SOROTAN

Makam Diponegoro
Opini

Perlukah Kita Memindah Makam Pangeran Diponegoro?

:: Ananta Damarjati
25 September 2023

Pengambilan keputusan terkait pemindahan makam seorang pahlawan harus melibatkan kajian yang mendalam. SULIT sekali membayangkan Indonesia tanpa makam Pangeran Diponegoro....

Selengkapnya
Perusahaan Koperasi

DIVVY: Keunggulan Sistem Perusahaan Koperasi

24 September 2023
Koalisi Perubahan vs Non Perubahan = Koalisi Kerakyatan vs Koalisi Kekuasaan

Koalisi Perubahan vs Non Perubahan = Koalisi Kerakyatan vs Koalisi Kekuasaan

22 September 2023
Apakah Keuntungan Itu

Apakah Keuntungan Itu?

21 September 2023
Oligarki yang Menagih Hutang

Masa Lalu, Masa Depan, dan Oligarki yang Menagih Hutang

21 September 2023
Prabowo dan Ganjar Menunggu Godot?

Prabowo dan Ganjar Menunggu Godot?

20 September 2023
  • Tentang Kami
  • Kontak
  • Redaksi
  • Disclaimer
  • Pedoman Media Siber
  • Indeks Artikel

BARISAN.CO © 2020 hak cipta dilindungi undang-undang

Tak ada hasil
Lihat semua hasil
  • Beranda
  • Opini
  • Analisis
    • Esai
    • Analisis Awalil
    • Perspektif
  • Kolom
  • Khazanah
  • Lifestyle
  • Sosok
  • Sastra
  • Barisan Tv Network
    • Barisan Tv
    • Awalil Rizky

BARISAN.CO © 2020 hak cipta dilindungi undang-undang