Sudah sejak awal Prabowo melakukan manufer politik. Dan makin intens melakukan safari politik ke daerah-daerah. Paling viral ialah saat dia bertemu walikota Solo Gibran. Mereka berdua asik menyantap bakmi di satu angkringan. Mengapa bakmi lagi.
SOAL bakmi kiranya telah menjadi cerita yang menarik. Kita ingat kala Gubernur Ganjar Pranowo digojlok petinggi PDIP, khusus Bambang Pacul dan Puan Maharani. Saat beberapa kali Puan hadir di acara PDIP Jateng, dan Ganjar tidak diundang.
Dengan pikiran galau, Ganjar membuat video dan diunggah di medsos. Publik bertanya-tanya, ini mengapa Ganjar membuat video sedang makan bakmi. Mungkinkah Ganjar sedang membuat pasemon, bahwa dirinya di PDIP serupa anak kost.
Pengamat politik bahkan melihat bakmi sebagai simbol. Bukankah bakmi berwarna kuning. Mungkinkah karena tidak dianggap anak kandung tapi anak kost, Ganjar mau pindah dari rumah merah, PDIP. Kemana lagi kalau bukan ke rumah kuning, Golkar.
Artinya, kata pengamat, ada kemungkinan Ganjar mau ganti jas. Dari jas merah ke jas kuning. Dari kader PDIP yang saat itu mempunyai popularitas tertinggi tapi dianggap anak kos, mau dipinang oleh Golkar sebagai calon Presiden.
Keisengan pengamat tidak sampai di situ. Bukankah bakmi ada sawi hijaunya. Siapa tahu Ganjar juga melirik ke PKB atau PPP. Ah, tapi bakmi ada kecap dan saos merahnya kok, lanjut pengamat. Artinya rasa Ganjar tetap rasa PDIP. Sebabnya, bukankah rasa sempurna bakmi ditentukan oleh kecap dan saos.
Kala itu para parpol memang mulai melirik-lirik, tokoh politik siapa yang populer digadang sebagai calon presiden. PDIP mulai menimang Ketua PDIP Puan Maharani, tapi angkanya tidak naik-naik juga. Juga Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar yang tetap manja dalam banner calon presiden.
Paling konsisten adalah Ketua Umum Gerindra Prabowo Subiyanto. Konsisten tiga kali sebagai cawapres dan capres, dan tidak memenangkan pemilu. Lanjut ke pemilu 2024, Gerindra kembali mendeklarasikan Prabowo sebagai capres.
Sudah sejak awal Prabowo melakukan manufer politik. Dan makin intens melakukan safari politik ke daerah-daerah. Paling viral ialah saat dia bertemu walikota Solo Gibran. Mereka berdua asik menyantap bakmi di satu angkringan. Mengapa bakmi lagi.
Apakah bakmi memang kedoyanan banteng moncong putih. Sampai-sampai Ketum Gerindra harus ikutan makan bakmi. Sayang kedua partai ini tidak membaca simbol bakmi. Bahwa bakmi kuning bisa menjadi pengikat dua partai terbesar. Agaknya simbol ini yang diam-diam dibaca oleh Presiden Jokowi.
Anehnya, Gibran justru dipanggil oleh PDIP karena disinyalir melakukan perselingkuhan politik. Gibran menghadap ke kantor PDIP pusat, meski tidak ada sangsi kecuali nasihat.
Lebih aneh manakala hasil survey mengatakan, elektabilitas Prabowo menyalip Ganjar. Tudingan pun mengarah ke Gibran. Gara-gara pertemuan Prabowo-Gibran, elektabilitas Prabowo naik pesat.
Lagi-lagi dengan santai gaya milenial Gibran menjawab: saya dan Pak Menhan makan bakmi, masa bakmi bisa mempengaruhi elektabilitas. Ya, sebagai walikota Solo, Gibran kekeh bersikap bahwa dia menerima kehadiran Menteri Keamanan, bukan Prabowo yang capres.
Lebih dari itu ada pernyataan telak: saya cuma anak kecil, tidak usah pada panik. Pernyataan ini seperti membalik pernyataan para orang tua, bahwa Gibran anak muda yang masih perlu banyak belajar. Pembalikan itu ialah pernyataan si anak kecil: kalian nggak usah panik sama saya.
Ayo, makan bakmi saja.*