Tiga nama capres yang ada menunjukkan tingkat kedekatan berbeda dengan Cina, negara adidaya yang konon ikut menentukan peta pilpres 2024.
BARISAN.CO – Sejumlah kalangan menyebut kekuatan politik dan ekonomi Cina akan ikut memengaruhi jalannya pemilihan presiden 2024 di Indonesia. Asumsi ini sulit untuk disanggah. Negeri Tirai Bambu adalah raksasa dunia. Dan Indonesia belakangan ini amat dekat—bahkan nyaris bergantung—padanya.
Banyak kepentingan Cina tertampung di Indonesia selama rezim Presiden Jokowi. Cina memiliki segudang proyek raksasa dan Indonesia adalah mitra terbaik. Secara umum, Cina memang terlibat dalam berbagai aspek dengan banyak negara lewat Belt and Road Initiative (BRI) yang diinisiasi Xi Jinping.
Tiga calon presiden yang ada sekarang juga punya jejak relasi dengan Cina. Anies Baswedan menjadi nama yang sepertinya paling longgar dalam menjalin hubungan. Semasa ia menjabat Gubernur DKI Jakarta, Anies tampaknya berusaha tidak semata mengandalkan Negeri Tirai Bambu. Anies menciptakan jejaring kemitraan yang luas dengan negara lain.
Anies Baswedan punya perbedaan besar dengan Prabowo dan Ganjar. Dua nama belakangan menunjukkan kecenderungan amat mencolok terhadap ekonomi politik utara jauh.
Daripada Anies, Ganjar tampak lebih pro terhadap Cina. Ganjar pernah berjasa meloloskan investasi perusahaan baja negeri tirai bambu, China Hebei Bishi Steel Group, dengan senilai US$2,54 miliar.
Investasi itu meliputi pembangunan pabrik baja berkapasitas tiga juta ton, batu bara panas (coking coal) berkapasitas 2,4 juta ton, pembangkit listrik berkapasitas 270 MW, dan fasilitas pendukung dermaga dengan kapasitas 100 DWT.
Prabowo juga menunjukkan kecenderungan yang sama. Bisa dibilang, Prabowo adalah pengagum negara komunis ini.
Prabowo pernah terang-terangan menyerukan agar Indonesia meniru upaya Cina mengentaskan kemiskinan, yang dianggapnya sebagai kisah sukses dalam waktu singkat. Menariknya, hal itu ia sampaikan dalam debat calon presiden 2019.
Beberapa kalangan menyebut Cina sudah menunjukkan gelagat untuk mengintervensi politik tanah air.
Ini bisa menjadi hambatan besar bagi capres seperti Anies Baswedan, yang sedari awal punya garis politik menjaga keseimbangan hubungan internasional sesuai dengan filosofi non-blok yang dianut Indonesia sejak masa awal-awal kemerdekaan. [dmr]