Tanda dan Gejala Demensia
Terdapat tiga tahapan terkait tanda dan gejala demensia, yaitu:
1. Tahap awal
Umumnya penderita mengalami kelupaan, tersesat di tempat yang dikenali, namun tahap awal ini sering diabaikan karena onset-nya bertahap.
2. Tanda tengah
Pada tahap ini penderita menjadi pelupa tentang kejadian yang baru terjadi dan nama orang, bingung saat berada di dalam rumah, kesulitan dalam berkomunikasi, memerlukan bantuan perawatan pribadi, adanya perubahan perilaku, serta mengembara dan menanyakan hal sama berulang-ulang.
3. Tanda akhir
Pada tahap akhir, tandanya menjadi lebih jelas seperti tidak menyadari waktu dan tempat, mengalami kesulitan mengenali kerabat dan teman, meningkatnya kebutuhan untuk dibantu dalam merawat diri, mengalami kesulitan berjalan, dan meningkatnya perubahan perilaku termasuk agresi.
Belum ada obat
Hingga saat ini, belum ada pengobatan untuk mengobati demensia. Obat anti demensi dan terapi yang dikembangkan memiliki kemanjuran terbatas. Berbagai jenis perawatan baru kini dalam tahap uji klinis.
Selain biaya, demensia berdampak bagi keluarga dan pengasuh karena rat-rata orang yang merawat penderita demensia mengabiskan 5 jam perhari menyebabkan tekanan fisik, emosional, dan keuangan dapat membuat stres berat.
Orang dengan demensia juga lebih mungkin tertular Covid-19 dibanding yang tidak mengidapnya. Dikutip dari Nature Review Neurology, dijelaskan gangguan kognitif dan gejala neuropsikiatri menyulitkan individu dengan demensia dalam memahami serta mematuhi prosedur kesehatan sehingga mengabaikan peringatan dan tidak mampu mengikuti tindakan karantina yang membuat risiko terinfeksi meningkat.
Sebuah studi dari London School of Economics dan University College, London menemukan orang dengan demensia menjadi penyumbang seperempat kematian akibat Covid-19 di Inggris dan Wales. Sementara itu, secara umum, data menunjukkan lebih dari 75 persen dari total kematian pasien virus Covid-19 tersebut terjadi di fasilitas perawatan atau panti jompo.
Hal itu karena tidak adanya jaga jarak terutama bagi penghuni yang bergantung pada staf dalam kehidupan sehari-hari. Ditambah, gejala neuropsikiatri terkait demensia seperti agitasi dan pengembaraan juga dapat menggangu protokol kesehatan dan meningkatnya risiko infeksi di antara staf dan penghuni lainnya.
Kabar buruk lainnya ialah dalam jurnal Alzheimer’s Research & Therapy mengungkapkan Covid-19 dapat menyebabkan gangguan kognitif termasuk demensia.
Perlu adanya keseriusan pemerintah di dunia untuk menangani demensia. Aturan dan kebijakan yang dibuat perlu memprioritaskan demensia itu sendiri karena setiap 3 detik, satu orang mengalami demensia di dunia. [ysn]