Frasa ‘Selamat Idul Fitri, Minal Aidzin wal Faizin, mohon maaf lahir dan batin’ ternyata populer karena lagu ini
BARISAN.CO – Salah satu lagu bertema Idul Fitri atau Lebaran di Indonesia yang paling banyak dinyanyikan adalah ‘Hari Lebaran’ karya Ismail Marzuki.
Lagu ini telah banyak dinyanyikan kembali oleh banyak seniman, mulai dari Tasya Kamila, Deredia, Gita Gutawa, Grup band GIGI, hingga Projeck Pop.
Pertama kali lagu ini dinyanyikan oleh Didi, nama samaran dari Suyoso Karsono. Proses rekaman berlangsung di studio RRI Jakarta tahun 1954.
Melalui lagu ini, konon Ismail Marzuki mengenalkan frasa “Selamat Idul Fitri, Minal Aidzin wal Faizin, mohon maaf lahir dan batin.” Frasa ini masih populer sampai sekarang.
Pada bait berikutnya lagu ini memotret suasana Lebaran di tahun 1950-an. Terutama cara merayakan Lebaran bagi warga desa. Seperti memakai baju baru, naik terem ke kota dan berjalan-jalan sampai kaki lecet dan sandal harus dilepas.
Putra Betawi kelahiran Kwitang, 11 Mei 1914 ini juga mencatat kondisi ekonomi saat itu, yakni dengan menyebut hidup agar prihatin dan berharap mencari uang tidak susah.
Tak lupa, pria yang akrab dipanggil Ismail Mz atau Bang Maing ini juga menggambarkan kebiasaan resepsi pernikahan di bulan Syawal.
Melalui lagu ini, Maing juga menampar cara orang kota dalam merayakan Lebaran. Penggambaran yang ditulis Maing, seperti menunjukkan kondisi perekonomian Indonesia di awal-awal kemerdekaan.
Pada tahun itu pula, Ismail sudah menyindir perilaku korupsi yang terjadi pada setiap lembaga pemerintahan dan kegemaran akan barang-barang mewah. Sampai saat ini ternyata sindiran itu masih saja relevan.
Lirik Lagu Selamat Hari Lebaran Karya Ismail Marzuki
Setelah berpuasa satu bulan lamanya
Berzakat fitrah menurut perintah agama
Kini kita beridul fitri berbahagia
Mari kita berlebaran bersuka gembira
Berjabatan tangan sambil bermaaf-maafan
Hilang dendam habis marah di hari lebaran
Reff:
Minal aidin wal faidzin
Maafkan lahir dan batin
Selamat para pemimpin
Rakyatnya makmur terjamin
Dari segala penjuru mengalir ke kota
Rakyat desa berpakaian baru serba indah
Setahun sekali naik terem listrik perey
Hilir mudik jalan kaki pincang sampai sore
Akibatnya tengteng selop sepatu terompe
Kakinya pada lecet babak belur berabe
Reff:
Maafkan lahir dan batin,
‘lang tahun hidup prihatin
Cari wang jangan bingungin,
‘lan Syawal kita ngawinin
Cara orang kota berlebaran lain lagi
Kesempatan ini dipakai buat berjudi
Sehari semalam main ceki mabuk brandi
Pulang sempoyongan kalah main pukul istri
Akibatnya sang ketupat melayang ke mate
Si penjudi mateng biru dirangsang si istri
Reff:
Maafkan lahir dan batin,
‘lang taon hidup prihatin
Kondangan boleh kurangin,
Korupsi jangan kerjain