Skala penipuan besar-besaran dan melibatkan investor besar serta politikus menyebabkan kasusnya menjadi drama yang menarik.
BARISAN.CO – Elizabeth Holmes (39), putih, cantik, cerdas (cerdik) dan dropout dari kampus bergengsi, Stanford University. Lengkap sudah. Atribusi yang disandang perempuan tiga anak ini membuat koran sekelas The New York Times dihujani kritik. Koran ini menjadi sangat “putih” dalam kasus kejahatan kerah putih senilai US$1 miliar.
Sejumlah koran yang menjadi saingan jaringan New York Times menuduh koran tersebut tidak kritis kepada kejahatan luar biasa yang mengguncang Silicon Valley. Koran The San Francisco Cronicle misalnya menuduh kelompok The Times mengalihkan isu dari kejahatan menjadi soal kemanusiaan dengan pertimbangan tidak boleh ditahan lantaran masih memiliki anak yang masih bayi.
Padahal dalam kasus-kasus yang hampir sama lantaran tersangka atau terpidana kulit berwarna, The Times tidak pernah bersuara lantang atau membelanya. Tudingan kepada jaringan The Times menjadi sangat “putih” merebak dan menjadi bahan pergunjingan antarmedia.
“Lima puluh delapan persen wanita di penjara AS dan 80 persen wanita di penjara AS, seperti Holmes, memiliki anak. The Times, seperti outlet media terhormat lainnya, memang melaporkan orang-orang di penjara wanita, tetapi jarang memberi mereka kemanusiaan dengan tingkat detail dan advokasi telanjang seperti yang dilakukan Holmes,” tulis San Fransisco Cronicle.
Menyerahkan Diri
Setelah divonis selama 11 tahun penjara tanpa ditahan pada 2022 akhirnya Holmes menyerah diri ke penjara federal di Texas, Selasa 30 Mei 2023. Pengadilan menuduh Holmes menipu investor tentang kemampuan mesin penguji darah bernama Edison. Mesin “ajaib” tersebut membuat investor berbondong-bondong menggelontorkan duitnya.
Investor kelas dunia, politisi, filantrofis, mantan menteri, sampai mantan presiden mengucurkan dananya untuk membiayai alat yang diklaim dapat menyingkat 240 tes penyakit hanya dengan setetes darah. Siapa yang tidak tergiur, coba?
Holmes mendirikan Theranos saat usia 19 tahun selepas keluar dari kampus Stanford bersama mitranya seorang laki-laki berumur 56 tahun, Sunny Balwani, yang belakangan menjadi kekasihnya.
Namun tidak jelas, kejahatan itu dirancang bersama atas pengaruh Balwani atau memang inisiatif Holmes. Yang pasti keduanya bersalah dan hukuman Balwani lebih berat dengan serangkaian kejahatan.
Uniknya, kejahatan baru terbongkar delapan tahun kemudian, tepatnya pada 2015 setelah serangkaian pemberitaan yang dilaporkan The Wall Street Journal. Dilaporkan, Edison ternyata tidak berfungsi dan klaimnya tidak terbukti alias alat yang dibuat Theranos palsu.
Dibuat Film
Skala penipuan besar-besaran dan melibatkan investor besar serta politikus menyebabkan kasusnya menjadi drama yang menarik. Nilai valuasi terakhir Theranos mencapai US$9 miliar. Hollywood pun terinspirasi untuk mengangkatnya menjadi serial televisi yang dibintangi
Amanda Seyfried berjudul “The Dropout”.
“The Dropout”, berkisah tentang kebangkitan dan kejatuhan spektakuler pendiri Theranos Elizabeth Holmes.
Hanya bertahan dua semester di Stanford, Holmes memberi tahu orang tuanya memilih keluar karena lebih tertarik menggunakan sisa dana kuliahnya membiayai startup tes darah yang dia yakini akan merevolusi perawatan kesehatan dan mengubah dunia. Konon alat bernama Edison diciptakan Holmes karena selama ini fobia pada jarum konvensional.
Ibu Holmes yang diperankan Elizabeth Marvel digambar ketidaksetujuannya dengan keputusan putrinya keluar dari kampus. Sampai terlontar pernyataan, “Aku tidak mengerti kamu.”
Digambarkan, Theranos telah membuat kehebohan di Silikon Valley. Silikon Valley pun menjadi sangat feminin ketika tiba-tiba Holmes muncul. Selama ini Silicon Valley dikenal sangat maskulin. Holmes pun menjadi miliarder dan berjuluk Stave Jobs perempuan. Namun, tidak sedikit juga sejak dari awal yang meragukan klaim yang digaungkan Holmes.
Sebelas Tahun Penjara
Penjara tempat Holmes sekarang dikenal sebagai bui yang pengamanannya sangat minimum. Bahkan tanpa jeruji besi. Tahanan bebas berkeliaran dan beraktivitas.
Kondisi penjara seperti ini digambarkan sangat cocok bagi Holmes yang “cerdas” dan “kreatif”. Jangan-jangan justru dari penjara tersebut lahir ide baru untuk mendirikan usaha rintisan baru.
Kita tunggu saja.