Bard dan ChatGPT diprediksi akan punya pasarnya masing-masing.
BARISAN.CO – Setelah OpenAI merilis ChatGPT dan memutakhirkannya menjadi GPT-4, Google seakan tak mau kalah dengan turut merilis produk Google Bard pada 21 Maret 2023.
Perang kecerdasan buatan (artificial intelligence atau AI) tampaknya akan alot. Meski demikian, beberapa pengamat menyebut Bard dan ChatGPT akan menemukan pasarnya masing-masing.
Saat ini, Google Bard hanya tersedia dalam bahasa Jepang, Korea, dan Inggris. Google akan mengembangkan fiturnya dalam waktu dekat sehingga bisa mendukung 40 bahasa.
“Kami ingin lebih banyak orang dapat mengakses Google Bard. Sehingga, mereka dapat mencoba dan berbagi masukan,” kata Vice President and General Manager Google Assistant and Bard Sissie Hsiao dalam acara flagship Google pekan lalu (10/5/2023).
Sissie Hsiao mengatakan, selain dukungan bahas, Google juga akan menambah kemampuan lain seperti keterampilan coding dan pengalaman multimodal.
“Kalian bisa menggunakan Bard untuk mendongkrak produktivitas, mempercepat ide kalian, dan mendorong rasa ingin tahu,” katanya.
Pada dasarnya Bard mirip ChatGPT. Keduanya merupakan model bahasa besar (large language model) atau chatbot.
Chatbot ini dilatih dengan sekumpulan data teks yang masif dan bisa menghasilkan tanggapan mirip manusia atas berbagai permintaan atau pertanyaan.
Google Bard pun dapat memberikan rangkuman topik faktual atau membuat cerita. Bard juga mampu menciptakan format kreatif seperti puisi, lagu, skrip, surat, bahkan kode bahasa pemrograman.
Namun, Bard masih sering memuat kesalahan saat membuat tanggapan. Hal ini praktis karena oleh pengembangan Bard yang relatif masih baru. Pihak Google pun mengaku akan terus menyempurnakan chatbot ini seiring waktu, terutama dari segi akurasi.
Lebih canggih dibanding LaMDA
Melansir dari bard.google.com, Google telah lama melihat potensi untuk membuat informasi dan komputasi jauh lebih mudah diakses melalui “AI percakapan”, jenis kecerdasan buatan untuk memahami, memproses, dan menanggapi bahasa manusia.
Pada 2021, Google meluncurkan LaMDA (Language Model for Dialogue Applications), model AI percakapan yang mampu membentuk aliran “dialog multi-turn” (memahami konteks antara satu dialog dengan dialog lainnya). Lalu 2022, Google meluncurkan AI Test Kitchen, ruang di mana orang-orang bisa mempelajari, mendapat pengalaman nyata, dan memberikan umpan balik tentang LaMDA.
Bard adalah eksperimen dari teknologi yang sama dengan yang memungkinkan pengguna berkolaborasi dengan AI generatif. Sebagai kolaborator yang kreatif dan membantu, Bard dapat membantu mewujudkan ide-ide, membuat daftar pro dan kontra untuk keputusan penting, atau sekadar memahami topik sederhana.
Kemampuan
Kehadiran Google Bard tentu membawa sederet pembaharuan. Berikut beberapa kelebihannya yang membedakannya dari sejumlah chatbot lain.
- Bisa membantu pengguna dalam membuat kode dalam lebih dari 20 bahasa pemrograman, termasuk C++, Go, Java, JavaScript, Python, TypeScript, bahkan fungsi Google Sheets. Saat Bard menghasilkan kode program, pengguna juga dapat mengekspor dan menguji kode tersebut langsung di Google Colab.
- Ketika menanggapi permintaan atau pertanyaan, Bard akan menyediakan beberapa pilihan draf agar pengguna bisa melihat jawaban dalam pandangan yang lebih luas dan berbeda satu sama lain.
- Admin Google Workspace dapat mengaktifkan Bard untuk domain tertentu. Ini memungkinkan pengguna untuk mengakses Bard menggunakan akun Workspace mereka.
- Bard memiliki opsi untuk mengekspor konten yang telah dihasilkan, termasuk pemformatan langsung ke Google Docs dan Gmail.
[dmr]