“Makin besar pertandingannya maka ia bermain lebih bagus, itulah pertanda bakat yang bagus,” puji Sherwood, Mantan Pelatih Aston Villa kepada Jack Grealish yang dikutip Daily Mail pada Minggu (19/04/2015).
BARISAN.CO – Tahun 2002 lalu, seorang bocah berusia enam tahun memilih masuk ke tim Akademi Aston Villa untuk mengejar impiannya menjadi seorang pesepakbola hebat. Ia adalah Jack Grealish, pemain kelahiran 10 September 1995 yang memilih klub mantan kakeknya, Billy Garraty.
Kakeknya merupakan legenda The Villans pada kurun waktu 1900-an, dimana ia berhasil membawa klub yang dibelanya menjuarai Piala FA 1905. Sepeninggalnya, anak-anak kandungnya tidak ada yang meneruskan kiprahnya, sampai akhirnya harapan penerus tampak pada Grealish muda yang serius mengejar cita-citanya.
Mei 2014, menjadi momen bersejarah baginya. Pria bertubuh 175 cm itu melakoni debutnya bersama tim senior Villa. Permainan apiknya selama masa pinjaman di klub kasta kedua Liga Inggris, Notts County memberikannya kesempatan bermain untuk membuktikan diri bersama klub asalnya di Premier League.
Saat itu, Grealish masuk sebagai pemain pengganti pada menit ke-71 menggantikan Charles N’Zogbia di posisi gelandang sayap kanan. Paul Lambert, pelatih Aston Villa ketika itu memberikan kesempatan pada pemain 18 tahun itu untuk unjuk gigi. Untungnya, laga debutnya berbuah manis dengan kemenangan 1-0.
Mengenakan nomor punggung 40, Grealish makin mendapatkan banyak mendapat menit bermain. Bahkan, setelah tampuk kepelatihan pindah dari Lambert ke tangan Sherwood, ia menjadi andalan di tim utama.
Bocah 19 Tahun
Wembley pada 19 April 2015, menjadi saksi bagaimana bocah asal Birmingham itu merepotkan barisan pertahanan klub Big Four Premier League, Liverpool. Bahkan, tim Merseyside merah yang lebih diunggulkan terjungkal dengan kekalahan 1-2.
Dan kekalahan itu karena ulah Grealish. Ia menjadi biang keladi kocar-kacirnya bek Liverpool membendung aliran bola darinya ke para penyerang Villa. Memang, nama Grealish tidak tercatat di papan skor, namun 2 gol yang bersarang di jala gawang Simon Mignolet adalah hasil kreasinya.
Pendukung Villa tentu masih ingat ketika tim kesayangan mereka harus tertinggal lebih dulu pada menit ke-30 oleh gol Philippe Coutinho. Untungnya, tak berselang lama, Villa menyamakan kedudukan pada menit ke-36 lewat gol Cristian Benteke yang menerima assist dari Fabian Delph.
Gol itu takkan tercipta kalau saja penyerang sayap kiri mereka tidak mengirimkan umpan terobosan ke Delph. Dialah Grealish yang memberikan umpan yang cepat dan memanjakan rekan-rekannya.
Setelah turun minum, Villa tampil makin menggila. Baru sembilan menit berjalan, Villa langsung menceploskan bola ke gawang lawan lewat sepakan Delph yang lagi-lagi berasal dari umpan terobosan Grealish pada menit ke-59. Hingga laga rampung, Liverpool tak jua mampu membalikkan keadaan.
Gelandang Serang
Kepindahan Grealish ke tim Manchester Biru tentu mengangkat popularitasnya yang semula hanya pemain tim yang bermarkas di Birmingham menjadi pemain kelas dunia. Bersama The Citizens, ia berhasil memenangkan trofi pertama Liga Champions.
Tipikal permainannya yang menyerang menjadikannya seorang kreator terciptanya sebuah gol lewat umpan-umpannya. Karenanya, ia kerap mengisi posisi gelandang serang atau pemain sayap. Apalagi, ia mempunya keunggulan dalam dribbling bola dan kecepatan berlari. Bahkan, Bryan Jones, Mantan Direktur Akademi Aston Villa menyebutnya “memiliki kemampuan untuk melewati orang-orang”.
Gaya permainannya yang lebih sering menggiring bola melewati lawan sering menjadikannya incaran para lawan. Seringkali juga ia harus dilanggar untuk menghentikannya. Namun, ia juga dianggap mudah terjatuh ketika berkontak fisik dengan lawan sehingga ia kerap diduga melakukan diving. [Yat]