Keberadaan pasir sedimentasi laut merupakan sinyal terjadinya pengikisan tanah di daratan.
BARISAN.CO – Banyak kalangan ragu aktivitas penambangan pasir sedimentasi laut akan membawa dampak positif. Keraguan itu tidak berubah meski pemerintah berusaha meyakinkan bahwa aktivitas ini punya landasan saintifik.
Pemerintah, semisal, mengatakan telah membentuk tim kajian soal penambangan pasir sedimentasi laut. Tim ini nantinya akan menelurkan dokumen perencanaan menyangkut lokasi pengerukan, jenis mineral, volume pengangkutan pasir, hingga komersialisasi ekspor.
Serikat Nelayan Indonesia (SNI) termasuk yang paling awal menolak aktivitas penambangan. SNI berpandangan bahwa aktivitas ini merusak mata pencaharian mereka. Pertimbangan lain adalah ancaman hilangnya kawasan pesisir yang merupakan titik krusial bagi para nelayan.
Menanggapi itu, peneliti Bright Institute Yanto PhD menyebut keluhan nelayan perlu mendapat perhatian. Pasalnya, aktivitas penambangan pasir sedimentasi umumnya tidak ramah lingkungan.
Keberadaan pasir laut yang berupa endapan di bibir pantai dan dasar laut, kata Yanto, mengandung nutrisi yang menjadi tempat tumbuhnya lamun dan seagrass. Keberadaan keduanya menguntungkan ekosistem perairan laut.
“Bagi ekosistem yang sudah terbentuk, penambangan pasir sedimentasi sangat merugikan. Itu karena proses penambangan dilakukan dengan cara menyedot pasir. Sehingga biota laut yang hidup pun ikut tersedot lalu mati.” Kata Yanto kepada Barisanco, Sabtu (17/6/2023).
Yanto menyarankan agar tim kajian bekerja secara menyeluruh. Pasir laut bukan urusan sederhana. Selain mengkaji lokasi pengerukan, kata Yanto, tim juga harus mampu mencermati asal-muasal sedimentasi.
Pengikisan tanah daratan
Soal dari mana dan bagaimana endapan pasir bisa bermuara di laut, Yanto mengatakan hal tersebut merupakan sinyal terjadinya pengikisan tanah di daratan.
“Biasanya yang terkikis adalah lapisan atas tanah (top soil) yang banyak mengandung nutrisi yang dibutuhkan tanaman. Laju pengendapan pasir laut setara dengan laju pengikisan lapisan tanah,” kata Yanto.
Laju pengikisan lapisan tanah itu, menurut Yanto, merupakan salah satu indikator utama kesehatan daerah aliran sungai (DAS).
“Semakin tinggi lajunya semakin tidak sehat daerah aliran sungainya. DAS yang memiliki laju pengikisan tinggi masuk kategori sebagai DAS kritis,” katanya.
Meski soal penambangan pasir laut yang diekspor perlu mendapat perhatian, Yanto berpendapat pengikisan lahan seharusnya juga mendapatkan perhatian khusus.
“Karena nutrisi yang dibawa sampai ke laut sebenarnya sangat dibutuhkan untuk menumbuhkan padi, kedelai, kangkung, bayam, kubis, dan berbagai komoditas pertanian lainnya. Yang itu adalah bahan makanan pokok rakyat Indonesia,” tutup Yanto. [dmr]