Indonesia tidak hanya kaya dengan pemain ‘drama’ dan ‘watak’ tetapi juga memiliki pelaku kreatif yang setara atau mungkin melebihi Hollywood.
WARGANET dan juga sejumlah analis sangat ragu dengan ucapan Wakil Presiden Amerika Serikat Kamala Harris dalam gala dinner (jamuan makan malam) KTT ke-43 ASEAN yang baru saja usai di ruang terbuka Hutan Kota Gelora Bung Karno. Apakah pernyataan Harris itu sebagai pujian atau justru menyindir?
“Makanan, penyelenggaraan acara dan hiburan, hampir melebihi apa yang dilakukan di Hollywood,” kata Harris seperti dikutip dari CNBC Indonesia, Jumat (8/9/2023).
Bagi pendukung Pemerintah tentu saja pernyataan Harris itu sebagai bentuk apresiasi dan pujian. Bahkan bisa dikatakan KTT yang paling mewah dan spektakuler dalam sejarah.
Penyelenggaraan seperti itu memang tidak salah. Pemerintah Indonesia memang berharap impresi atau kesan kepada para tamu penting dan delegasi yang hadir. Indonesia akan selalu diingat dan tercatat dalam sejarah kawasan atau mungkin dunia.
Perihal penyelenggaraan jamuan makan malam yang mewah dan megah dengan memasukkan unsur budaya pop sudah terlihat dari ajang KTT G20 di Bali, kemudian setiap perayaan 17 Agustus di Istana, KTT ke-42 ASEAN di Labuan Bajo dan paling mutakhir dalam KTT ke-43 ASEAN di Jakarta.
Rupanya ada arsitek tetap dalam penyelenggaraan acara-acara megah dan mewah tersebut. Sosok itu adalah Wishnutama. Mantan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif sebelumnya dikenal sebagai kreatif di bidang budaya pop sejak zaman Indosiar, Trans TV hingga membuat televisi sendiri, Net TV.
Budaya pop dari stasiun televisi itu belakangan dibawa Wishnutama ke lingkungan Istana dan menjadi seperti sekarang ini. Jadi di lingkungan Istana pun kini sudah bergeser tidak ada lagi yang disebut budaya ‘adiluhung’ seperti penyanyi seriosa atau penyanyi keroncong tampil tapi kini ukurannya adalah viral. Maka di Istana pun yang lebih dikenal adalah “Ojo Dibandingke”, “Rungkad” atau yang bikin heboh sampai saat ini lagu dari Duo Angrek “Cikini Gondangdia”, lagu yang membuat para menteri berjoget dalam jamuan makan malam KTT ke-43 ASEAN.
Netizen Bilang Sindiran
Bagi sebagian netizen justru sebaliknya, pernyataan Harris tersebut sebagai sindiran. Tidak ada salahnya bila publik menafsirkan bahwa suguhan budaya pop dan gemerlapnya lampu sorot gala dinner sebagai penyelenggaraan yang berlebihan. Karena itu Harris merujuk acara tersebut sebagai acara hampir melebihi Hollywood.
Harris sebagai orang Amerika tentu saja sangat paham dengan gaya Hollywood. Mereka serba gemerlap, pesta, hiburan dan gaya hidup mewah lainnya. Sementara di Rempang, Batam, rakyat dikejar dan ditangkap aparat. Anak-anak sekolah berhamburan menyelamatkan diri dan seorang ayah lari tunggang langgang sambil membopong anaknya yang sesak napas lantaran semburan gas air mata.
Dari sinilah netizen menafsirkan bahwa pujian Harris itu sebenarnya adalah bentuk sindiran kepada Pemerintah Indonesia. Di Jakarta para elitenya bergembira dan menyantap makanan lezat. Di sisi lain ada masyarakat yang teraniaya dan tergusur dari tanah leluhurnya.
Padahal yang penting sebenarnya hasil yang diputuskan dalam KTT ke-43 ASEAN. Misalnya soal digitalisasi, ekonomi hijau, transisi energi, lingkungan dan krisis iklim. Di sisi lain ada investasi yang dapat merusak lingkungan, adat dan budaya.
Coba, bernapas sejenak, berapa listrik dan energi yang dihabiskan untuk acara tersebut. Bagaimana efek cahaya yang berlebih itu untuk mahluk hidup dan lingkungan.
Mungkin ada yang menganggap pertanyaan seperti itu hanya usil dan nyinyir seorang oposan. Tapi kalau direnungkan secara mendalam dan rehat sejenak, resapi sebenarnya tidak harus mewah dan megah dalam sebuah penyelenggaraan di tengah isu krisis iklim. Tentu yang lebih penting kesepakatan tersebut dapat segera diimplementasikan dan dapat bermanfaat bagi rakyat banyak. Bukan justru rakyat terusir dari tanahnya.
Tapi semoga saja, ucapan Harris itu tulus dan justru mendorong investor atau kreatif dari Hollywood untuk studi banding ke Indonesia.
Indonesia tidak hanya kaya dengan pemain ‘drama’ dan ‘watak’ tetapi juga memiliki pelaku kreatif yang setara atau mungkin melebihi Hollywood.
Terimakasih Ms. Kamala Harris yang telah mempromosikan Indonesia.