Depresi pasca melahirkan tidak boleh dianggap sepele.
BARISAN.CO – Merawat bayi baru lahir dapat menyebabkan stres, kurang tidur, dan kelelahan bagi setiap ibu baru. Tantangan-tantangan ini mungkin juga menjadi faktor yang menyebabkan depresi pasca melahirkan pada perempuan yang rentan terhadap kondisi tersebut.
Terlepas dari kenyataan bahwa hal ini terjadi segera setelah melahirkan, secara klinis tidak berbeda dengan episode depresi yang terjadi pada waktu lain dalam kehidupan seorang perempuan.
Berbeda dengan “baby blues”, yang dimulai dalam tiga atau empat hari pertama setelah melahirkan, tidak memerlukan pengobatan dan hilang dalam beberapa jam atau hari, depresi pasca-melahirkan umumnya lebih dalam dan berlangsung lebih lama.
Biasanya dimulai dalam bulan pertama setelah melahirkan walaupun bisa terjadi kapan saja dalam tahun pertama dan bisa berlangsung berminggu-minggu hingga berbulan-bulan. Dalam kasus yang lebih serius, hal ini dapat berkembang menjadi episode depresi kronis.
Sebuah studi yang dipublikasikan di Nature menganalisa 565 studi dari 80 negara atau wilayah berbeda. Dalam studi itu ditemukan, persentase depresi pasca-melahirkan bagi ibu baru secara global sebanyak 17,22 persen.
Analisis meta-regresi multivariabel menemukan bahwa ukuran penelitian dan perkembangan negara atau wilayah merupakan prediktor yang paling penting. Tingkat prevalensi yang bervariasi tercatat di wilayah geografis dengan tingkat tertinggi ditemukan di Afrika Selatan sebesar 39,96 persen.
Menariknya, persentasenya jauh lebih rendah di negara maju atau negara atau wilayah berpendapatan tinggi. Selain itu, studi ini menemukan, terdapat perbedaan substansial dalam tingkat depresi pasca melahirkan ketika status perkawinan, tingkat pendidikan, dukungan sosial, perawatan pasangan, kekerasan, usia kehamilan, menyusui, kematian anak, rencana kehamilan, kesulitan keuangan, kemitraan, stres hidup, merokok, asupan alkohol, dan kondisi kehidupan dipertimbangkan dalam perkiraan gabungan.
Studi itu menyimpulkan, satu dari setiap lima perempuan mengalami depresi pasca melahirkan yang terkait dengan pendapatan dan pembangunan geografis. Hal ini dipicu oleh berbagai penyebab yang memerlukan perhatian dan intervensi yang berkomitmen dari penyedia layanan kesehatan primer, dokter, otoritas kesehatan, dan masyarakat umum.
Jika tidak diobati, ibu mungkin berhenti menyusui, memiliki masalah dalam menjalin ikatan dengan bayinya, dan berisiko lebih tinggi untuk bunuh diri. [dmr]