Greenwashing mengacu pada praktik penipuan seolah bertanggung jawab terhadap lingkungan.
BARISAN.CO – Dalam sebuah studi yang mengkhawatirkan, para ilmuwan memperingatkan masyarakat tentang fenomena berbahaya “greenwashing” yang dilakukan perusahaan. Studi baru menyatakan hal itu menimbulkan ancaman signifikan terhadap upaya pelestarian lingkungan.
Greenwashing mengacu pada praktik penipuan di mana organisasi berinvestasi lebih banyak dalam mempromosikan diri mereka sebagai orang yang bertanggung jawab terhadap lingkungan daripada benar-benar terlibat dalam upaya mengurangi dampak lingkungan.
Para peneliti menekankan, dunia sedang berada di tengah-tengah peristiwa kepunahan massal dan mengambil inisiatif yang positif terhadap alam sangatlah penting untuk menghentikannya. Konsep positif terhadap alam bertujuan untuk meningkatkan kualitas alam secara global, mengupayakan peningkatan keanekaragaman hayati yang setara dengan mencapai tujuan iklim “net zero”.
Hal ini berupaya untuk melampaui upaya-upaya yang berfokus pada mitigasi, yaitu mewujudkan dunia di mana penurunan kualitas lingkungan dapat berhenti dan keanekaragaman hayati dapat tumbuh subur.
“Negara-negara di seluruh dunia mulai mendukung konsep ini – lebih dari 90 pemimpin dunia telah menandatangani The Leaders’ Pledge for Nature yang menyerukan masa depan yang positif terhadap alam pada tahun 2030,” kata Profesor Martine Maron, peneliti terkemuka dari Universitas Queensland, dikutip dari Study Finds.
Indonesia sendiri belum bergabung dengan para pemimpin dunia lainnya untuk membalikkan kanekaragaman yang hilang.
Di sisi lain, baru-baru ini, Koalisi Setara (Koalisi Selamatkan Kalimantan Utara) mendatangi kantor OJK (Otoritas Jasa Keuangan) untuk mendesak agar OJK menghentikan rencana memasukkan PLTU kawasan industri dalam taksonomi hijau atau pembiayaan hijau. Dengan catatan, jika keluarannya merupakan produk seperti baterai untuk mobil listrik.
Dalam rilis Greenpeace, Koalisi Setara berpendapat, hal ini justru menjauhkan komitmen Indonesia untuk melakukan transisi energi dari jalur rendah energi yang sesungguhnya.
Bondan Andriyanu, Juru Kampanye Iklim dan Energi Greenpeace Indonesia mengatakan, pelabelan hijau ini hanya akal-akalan industri batu bara untuk melakukan greenwashing.
Di Indonesia, isu lingkungan belum begitu familiar di telinga masyarakat. Bahkan, istilah greenwashing alias pencucian hijau ini masih sangat asing. Jika OJK bersikukuh memberikan label hijau bagi industri batu bara, maka bisa dipastikan masyarakat akan semakin tersesat dan Indonesia semakin jauh dari ambisi mencapai net zero emission pada tahun 2060. [Yat]