Oleh : Abdullah Uwais Alatas
PIDATO Kebangsaan Anies Baswedan beberapa hari lalu saat deklarasi “Amanat Indonesia (ANIES)” di lapangan Tenis Indoor, Senayan amat luar biasa. Ada banyak penggalan pidato Anies Baswedan yang bertema ” Meluruskan Jalan, Menghadirkan Keadilan” itu yang menyeruak esensial berkenaan dengan sikap seorang Anies Baswedan yang menjadi harapan atas masa depan bangsa.
Salah satu dari penggalan itu adalah dengan apa yang diungkapkan oleh Anies Baswedan dengan ” Kerja Nyata Dari Sebira itu.
Anies mengajak kita menengok kondisi kita hari ini, sekaligus meminta kita juga harus menengok ke depan. Menurut Anies, kenyataannya hari ini ya, wilayah kita satu, bahasa kita satu, negara kita satu. Tetapi tingkat kemakmurannya masih berbeda-beda.
Karena itu ke depan kita berbicara tentang melaksanakan janji kemerdekaan. Janji kemerdekaan ini adalah kalimat terakhir dalam pembukaan undang-undang Dasar ’45, yaitu menghadirkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Janji kemerdekaan inilah yang wajib kita akan arahkan ke depan, yaitu Satu Perekonomian, Satu Kesemakmuran.
Bukan kemakmuran tinggi di satu kota dan rendah di wilayah lain. Bukan kemakmuran tinggi di satu pulau dan lemah di tempat lain. Kita ingin ketimpangan-ketimpangan seperti ini dibereskan untuk semuanya.
Apa itu satu kesemakmuran? Satu kesemakmuran, izinkan saya cerita pengalaman kami di Jakarta. Bapak ibu sekalian yang tinggal di Jakarta. Jakarta ini terdiri dari berapa kabupaten kota. Enam, lima di daratan satu di kepulauan
Saya beri contoh ada satu pulau yang kalau di peta hanya nampak seperti titik, di situ disebut sebagai sang penjaga utara. Pulau ini selama sejak kemerdekaan hingga akhir-akhir ini adalah pulau yang jauh di depan dari daratan Jakarta. Lokasi pulaunya lebih dekat ke Sumatera daripada ke Dermaga Sunda Kelapa lebih dekat ke Sumatera tapi dia bagian dari Jakarta dan di pulau ini puluhan tahun tanpa listrik, puluhan tahun kesulitan air bersih puluhan tahun hanya sesekali kapal melintas namanya Pulau Sebira.
Bila kita menyaksikan Jakarta hanya sebagai urusan daratan, maka tempat ini akan terus menerus dibiarkan. Pendekatan kita adalah Jakarta harus satu kesemakmuran. Apa yang terjadi dan dibangun di pulau itu, dikirimkan pesan kepada semua 11 pulau yang berada di luar daratan pulau Jakarta.
Mereka sekarang ini menikmati listrik lengkap, air bersih lengkap, akses kesehatan lengkap akses pendidikan lengkap.
Ini adalah komitmen kita bahwa berada dalam satu teritori yang sama kita harus bisa satu kesemakmuran. Dan ketika ini diterapkan, maka prinsip kita adalah benar, bahwa lokasi pulau itu memang jauh dari Monas, tetapi dia adalah bagian dari Jakarta.
Anda semua yang hadir di sini yang dari Aceh hitungan kilometernya dari Jakarta memang jauh tapi Anda nol kilometer dari ibu pertiwi. Dari Papua hitungan kilometer dari Monas memang panjang tapi Anda nol kilometer dari ibu pertiwi. Dari mana pun Anda berada di tempat ini hitungan kilometernya panjang tapi sesungguhnya Anda nol kilometer dari ibu pertiwi.
Inilah yang harus menjadi pegangan kita bahwa republik ini tidak didirikan dengan perhitungan ongkos untung dan rugi republik ini didirikan dengan janji untuk seluruh tumpah darah Indonesia.
Jadi kita berbicara tentang Indonesia kedepa. Berbicara Indonesia yang satu kesemakmuran. Bukan Indonesia yang terpisahkan karena jejak kesejahteraan yang berbeda-beda. Prinsip yang kita dorong adalah pertumbuhan yang berkualitas bukan semata-mata pertumbuhan yang angkanya tinggi. (Referensi Media Merdeka, 7 Mei 2023). [rif]