Pornografi bisa menjadi ancaman bagi remaja karena terdapat banyak dampak negatif yang bisa ditimbulkan. Mulai dari kerusakan sel-sel otak, gangguan emosi dan mental, hingga kehilangan masa depan.
MASIH ingat kasus tentang ratusan orang siswi SMP/SMA hamil di luar nikah (iainponorogo.ac.id, 16 Januari 2023) yang terjadi di Ponorogo, Jawa Timur, awal tahun 2023 ini? Dampak kasus ini bukan hanya berpengaruh pada proses belajar siswi-siswi tersebut, tetapi juga pada tingginya angka pernikahan dini.
Begitu pula kondisi remaja di Jawa Tengah, (Tribun Jateng, 30 Januari 2023).ribuan remaja hamil di luar nikah, dan tercatat ada 11.392 pasangan terpaksa dispensasi pernikahan
Faktor ekonomi, keharmonisan keluarga, pendampingan orangtua, perceraian adalah problematika sosial yang akhirnya menjadi “lingkungan tempat bertumbuh” anak.
Mereka akhirnya “mencari dunianya sendiri” dalam segala keterbatasan (usia, pendidikan, pengalaman) sehingga terperosok pada pergaulan yang mereka jalani kemudian.
Salah satu sebab yang menarik untuk dilihat adalah karena sedikitnya pendampingan orangtua pada anak usia remaja.
Ada beberapa penyebab kurangnya pendampingan orangtua ini, antara lain hal-hal yang penulis anggap penting untuk diperhatikan.
Anak-anak dan remaja yang para orgtuanya harus bekerja merantau misal sebagai TKI/TKW (bekerja dalam kontrak 2-3 tahun tanpa bisa cuti pulang) membuat peliknya problematika sosial.
Anak-anak ini dititipkan pada kakek neneknya yang mungkin pengawasannya tidak maksimal. Selain karena kondisi fisik kakek-nenek untuk menjaga anak-anak yang beranjak remaja, “para lansia” inipun tidak memiliki latar belakang budaya yang sama dengan remaja saat ini.
Lansia yang mungkin tidak memahami peralatan digital atau gadget, yang menjadi jembatan komunikasi dan informasi paling aktif yang digunakan remaja saat ini.
Orangtua yang bekerja jauh sebagai TKI/TKW karena di negara sendiri “tidak lolos” mendapatkan lapangan pekerjaan, sementara tuntutan ekonomi terus ada, di satu sisi, di sisi lain, pasangan suami istri yang terpisah bekerja jauh di rantau, berakibat pd tingginya juga angka perceraian.
Potret ketidakharmonisan dalam keluarga bisa mengguncang mental anak yang tidak siap dengan perpecahan. Mereka akan dihadapkan memilih hidup bersama Ibu atau Bapak, atau bahkan dititipkan kepada kakek-nenek menjadi gambar buram yang belum bisa diterjemahkan oleh anak-anak.
Sementara kemajuan teknologi memang memiliki sisi positif. Namun juga berefek negatif pada pergaulan anak. Anak bisa bebas mengakses informasi maupun situs-situs yang mengarahkan pada pergaulan bebas.
Di sinilah dampak itu menjadi kontribusi bagi terperosoknya anak dan remaja karena pengarug situs pornografi. Terbukti, Indonesia menjadi pengakses situs porno terbesar ketiga di dunia. (Kominfo, Antra News, April 2015).
Pornografi bisa menjadi ancaman bagi remaja karena terdapat banyak dampak negatif yang bisa ditimbulkan. Mulai dari kerusakan sel-sel otak, gangguan emosi dan mental, hingga kehilangan masa depan.
Lalu dari mana kita merunut benang kusut ini? Tentu saja pendampingan orangtua terhadap anak di usia-usia rawan bukan satu-satunya penyebab. Betul, untuk mengatasi masalah ini, peran orangtua atau orang-orang terdekat sangat penting, antara lain: