Barisan.co
  • Beranda
  • Opini
  • Analisis
    • Esai
    • Analisis Awalil
    • Perspektif
  • Kolom
  • Khazanah
  • Lifestyle
  • Sosok
  • Sastra
  • Barisan Tv Network
    • Barisan Tv
    • Awalil Rizky
Tak ada hasil
Lihat semua hasil
Barisan.co
Tak ada hasil
Lihat semua hasil
Barisan.co
Tak ada hasil
Lihat semua hasil
Beranda Kolom Analisis Awalil Rizky

Kondisi Ketenagakerjaan Memburuk Pada Era Jokowi

:: Awalil Rizky
14 November 2023
dalam Analisis Awalil Rizky
Kondisi Ketenagakerjaan Memburuk Pada Era Jokowi
Bagi ke FacebookCuit di TwitterBagikan ke Whatsapp

Oleh: Awalil Rizky, Ekonom Bright Institute

TINGKAT Pengangguran Terbuka (TPT) Agustus 2023 dilaporkan sebesar 5,32%, atau turun dibanding setahun sebelumnya. Namun masih lebih buruk dibanding tingkat sebelum pandemi, yakni sebesar 5,28% per Agustus 2019. Bahkan jumlah penganggurnya justeru bertambah, dari 7,10 juta orang (2019) menjadi 7,86 juta orang (2023).

Selama sembilan tahun era Pemerintahan Presiden Jokowi, TPT memang berhasil diturunkan. Namun hanya sebesar 0,62 persen poin, dari 5,94% per Agustus 2014. Sedangkan jumlah penganggur justeru bertambah sebanyak 0,62 juta orang, dari posisi 7,24 juta orang per Agustus 2014. 

Sebagai perbandingan, sembilan tahun era Pemerintahan Presiden SBY berhasil menurunkan sebesar 3,69 persen poin. Dan dalam hal jumlah, terjadi penurunan jumlah penganggur sebanyak 2,84 juta orang.

BACAJUGA

mencari pekerjaan

3 dari 5 Penduduk Indonesia Sedang Mencari Pekerjaan, 77% Disebabkan Perekonomian Memburuk

24 Agustus 2023
Oxfam Kritik G20, Begini Tanggapan Awalil Rizky

Ekonom Senior Kritik Sri Mulyani soal Penurunan Tingkat Pengangguran

13 Juli 2023

Salah satu dampak besar pandemi covid-19 adalah berupa pengurangan jam kerja. Jumlah mereka yang bekerja kurang dari jam normal atau pekerja tidak penuh meningkat dari 36,54 juta orang (Agustus 2019) menjadi 46,43 juta orang (Agustus 2020). 

Jumlah pekerja tidak penuh masih sebesar 43,46 juta orang per Agustus 2023, atau masih jauh lebih banyak dari pra pandemi. Bahkan masih lebih banyak dibanding Agustus 2014 yang sebesar 35,77 juta orang. Dengan demikian, selama era Jokowi jumlahnya justeru bertambah, meskipun secara persentase relatif stagnan.

Pekerja Sektor Pertanian Bertambah

Berdasar lapangan usaha dari pekerjaan utama seorang pekerja, pengelompokan serupa dengan dalam data Produk Domestik Bruto (PDB). Yaitu terdiri dari 17 lapangan usaha. Jumlah dan persentase terbanyak saat ini adalah pada sektor pertanian.

Jumlah pekerja di sektor pertanian sebenarnya cenderung menurun pada tahun 2012-2019. Penurunan lebih signifikan pada persentasenya atas total pekerja, karena jumlah pekerja yang cenderung meningkat.

Dampak pandemi membuat sektor pertanian menjadi semacam “penampungan” bagi pekerja yang kehilangan pekerjaan di sektor lain seperti industri pengolahan. Ketika perekonomian diklaim mulai pulih oleh otoritas ekonomi, pekerja di sektor ini justeru tercatat bertambah banyak. Cukup jelas bahwa turunnya tingkat pengangguran atau bertambahnya orang bekerja banyak disumbang oleh sektor pertanian.  

Jumlah pekerja sektor pertanian mencapai 39,45 juta orang atau 28,21% dari seluruh pekerja pada Agustus 2023. Secara jumlah, bertambah sebanyak juta orang dibanding kondisi Agustus 2019 yang sebesar 4,60 juta orang. Secara pesentase meningkat 0,88 persen poin, dari 27,33%.

Sedangkan jika dibandingkan dengan kondisi Agustus 2014 yang sebanyak 38,97 juta orang, maka jumlahnya bertambah sebanyak 0,48 juta orang. Secara persentase memang telah menurun cukup signifikan.

Pada saat bersamaan, lahan pertanian tidak bertambah secara signifikan. Sektor pertanian dalam perhitungan PDB pun tumbuh makin lambat. Produktivitas per pekerja menjadi menurun, yang mengindikasikan tidak meningkatnya kesejahteraan petani. Kondisi ini menjelaskan mengapa separuh penduduk miskin bekerja di sektor pertanian.

Sementara itu, sektor industri pengolahan semula terus bertambah penyerapannya atas tenaga kerja sejak tahun 2012 sampai dengan 2020. Dampak pandemi membuat jumlah pekerja sektor ini turun signifikan, dari 19,20 juta orang (Agustus 2019) menjadi 17,48 juta orang (Agustus 2020). Kondisinya baru mulai pulih per Agustus 2023 yang sebesar 19,35 juta orang.  

Pekerja Informal Bertambah

Berdasar status pekerjaan utama, BPS mengkategorikan pekerja dalam tujuh status. Dua diantaranya disebut disebut pekerja formal, yaitu yang berstatus Buruh/karyawan/pegawai dan Berusaha dibantu buruh tetap. Jumlahnya per Agustus 2023 sebanyak 57,18 juta orang atau 40,89% dari total pekerja.

Lima status lainnya disebut pekerja informal. Yaitu: Berusaha sendiri, Berusaha dibantu buruh tidak tetap, Pekerja bebas di pertanian, Pekerja bebas di nonpertanian, dan Pekerja keluarga/tak dibayar.

Jumlah dan persentase pekerja informal cenderung menurun sebelum pandemi. Dampak pandemi membuatnya meningkat, dari 71,96 juta orang atau 55,88% (2019) menjadi 77,68 juta orang atau 60,47% (2020). Jumlahnya justeru bertambah per Agustus 2023 yang sebanyak 82,67 juta orang, meski secara persentase sedikit menurun.

Diantara yang informal itu yang perlu dicermati adalah yang berstatus pekerja keluarga/tak dibayar. Yaitu mereka yang bekerja membantu orang lain yang berusaha dengan tidak mendapat upah/gaji, baik berupa uang maupun barang. Dalam kehidupan sehari-hari pekerja berstatus ini serupa dengan pengangguran.

Jumlahnya meningkat signifikan karena dampak pandemi. Dari 14,76 juta orang per Agustus 2019 menjadi 18,32 juta orang per Agustus 2020. Dan jumlahnya masih bertahan sebanyak 18,09 juta orang per Agustus 2023.

Bahkan jika dilihat selama 9 tahun era pemerintahan Presiden Jokowi, jumlah pekerja tak dibayar ini bertambah sebanyak 1,51 juta orang, dari posisi 16,81 juta orang per Agustus 2014.

Terjadi pula peningkatan dalam status pekerjaan yang mencerminkan pelaku usaha mikro, yaitu mereka yang berusaha sendiri. Termasuk kategori ini pula mereka yang bekerja sebagai ojek online.

Jumlahnya terus bertambah dari 26,12 juta orang per Agustus 2019 menjadi 32,21 juta orang per Agustus 2023. Bahkan jauh lebih banyak dibanding kondisi Agustus 2014 yang masih sebesar 20,49 juta orang.

Dapat disimpulkan dari uraian di atas bahwa kondisi ketenagakerjaan secara umum cenderung memburuk selama 9 tahun era pemerintahan Presiden Jokowi.  

Topik: ketenagakerjaanPekerja InformalPengangguran
Bagikan2Tweet2Send
Awalil Rizky

Awalil Rizky

Ekonom Bright Institute | Seorang pembelajar ekonomi yang berupaya memberi informasi dan edukasi (literasi) | Berpandangan bahwa tiap warga negara berhak tahu kondisi ekonomi negeri.

POS LAINNYA

Investasi Asing Berbiaya Mahal pada Era Jokowi
Analisis Awalil Rizky

Investasi Asing Berbiaya Mahal pada Era Jokowi

1 Desember 2023
Pembayaran Jasa Asing Makin Besar
Analisis Awalil Rizky

Pembayaran Jasa Asing Makin Besar

26 November 2023
Remitansi TKI Penyumbang Devisa Besar
Analisis Awalil Rizky

Remitansi TKI Penyumbang Devisa Besar

13 November 2023
Impor Barang dan Jasa akan Melampaui Ekspor
Analisis Awalil Rizky

Impor Barang dan Jasa akan Melampaui Ekspor

10 November 2023
Pembayaran Imbal Hasil Sudah Melampaui Modal Asing yang Masuk
Analisis Awalil Rizky

Pembayaran Imbal Hasil Sudah Melampaui Modal Asing yang Masuk

27 Oktober 2023
Cadangan Devisa Mulai Tergerus
Analisis Awalil Rizky

Cadangan Devisa Mulai Tergerus

24 Oktober 2023
Lainnya
Selanjutnya
Demokrasi Sedang Diuji

IALA: Marwah MK Terguncang, Demokrasi Sedang Diuji

semut dan cicak

Perlawanan, Kisah Semut dan Cicak Pada Zaman Nabi Ibrahim

TRANSLATE

TERBARU

Memperkuat Masyarakat Sipil
Berita

Memperkuat Masyarakat Sipil, Ketua PIEC: Upaya Memelihara Demokrasi

:: Redaksi Barisan.co
7 Desember 2023

Memperkuat Masyarakat Sipil

Selengkapnya
QolaQ Foundation

Era Baru Proteksi Kesehatan dan Jiwa, QolaQ Foundation Hadirkan Platform Mutual Aid Inklusif Berbasis Web3 Pertama di Indonesia

7 Desember 2023
Pengamanan Zat Adiktif

Organisasi Kesehatan Dukung Pengamanan Zat Adiktif dalam RPP Kesehatan, Berharap Presiden Jokowi dan Menkes Bersikap Tegas

7 Desember 2023
Butet Dilarang Bicara Politik di TIM, Jangan Sampai Anies yang Disalahkan

Butet Dilarang Bicara Politik di TIM, Jangan Sampai Anies yang Disalahkan

7 Desember 2023
Serangan Udara

Serangan Udara

7 Desember 2023
alissa wahid pemilu 2024

Alissa Wahid Soroti Pemilu 2024, Demokrasi di Indonesia Saat ini Masih Bersifat Prosedural

7 Desember 2023
Respons Mahasiswa Ilmu Pemerintahan atas Kampanye Anies di Kalimantan Selatan

Respons Mahasiswa Ilmu Pemerintahan atas Kampanye Anies di Kalimantan Selatan

6 Desember 2023
Lainnya

SOROTAN

Butet Dilarang Bicara Politik di TIM, Jangan Sampai Anies yang Disalahkan
Opini

Butet Dilarang Bicara Politik di TIM, Jangan Sampai Anies yang Disalahkan

:: Yayat R Cipasang
7 Desember 2023

Butet baru sekira tiga bulan jadi "oposisi" sudah mengeluh dan berkeluh-kesah. PENGAKUAN budayawan Butet Kartaredjasa soal dirinya dilarang bicara politik...

Selengkapnya
Kereta Penglaju, Anies Baswedan dan Ignasius Jonan

Kereta Penglaju, Anies Baswedan dan Ignasius Jonan

6 Desember 2023
Makan Malam Imajinatif Anies Baswedan

Makan Malam Imajinatif Anies Baswedan

5 Desember 2023
Apakabar Kang Emil, Erick Thohir dan Sandi Uno?

Apakabar Kang Emil, Erick Thohir dan Sandi Uno?

3 Desember 2023
Pemimpin Karbitan dan Kaderisasi Pemimpin

Pemimpin Karbitan dan Kaderisasi Pemimpin

1 Desember 2023
Horeee…PDIP Jadi Oposisi

Food Estate, Proyek Gagal yang Bakal Dilanjutkan Prabowo

29 November 2023
  • Tentang Kami
  • Kontak
  • Redaksi
  • Disclaimer
  • Pedoman Media Siber
  • Indeks Artikel

BARISAN.CO © 2020 hak cipta dilindungi undang-undang

Tak ada hasil
Lihat semua hasil
  • Beranda
  • Opini
  • Analisis
    • Esai
    • Analisis Awalil
    • Perspektif
  • Kolom
  • Khazanah
  • Lifestyle
  • Sosok
  • Sastra
  • Barisan Tv Network
    • Barisan Tv
    • Awalil Rizky

BARISAN.CO © 2020 hak cipta dilindungi undang-undang