Seterusnya, jika subsidi tidak ada, maka harga jual akan sama dengan harga ekonomi dikurangi stimulus. Dan jika stimulus tidak ada, maka harga jual sama dengan harga ekonomi dikurangi subsidi, yang mana ini akan memberatkan APBN.
Menurut perhitungan Surya Darma, aspek paling utama untuk menggenjot pemanfaatan EBT terletak pada stimulus fiskal. Secara sederhana, harga jual akan rendah jika stimulus diperbesar. “Di sinilah fungsi stimulus fiskal menjadi sangat penting untuk menurunkan harga jual kepada masyarakat. Akan tercapai affordable price, walaupun ini masih bisa diperdebatkan,” kata Surya Darma.
Stimulus Fiskal
Untuk meningkatkan keterjangkauan harga energi terbarukan bagi masyarakat, Surya Darma menyarankan agar pemerintah merancang dukungan lebih optimal bagi sektor ini. Ada tiga hal yang bisa dilakukan.
Pertama, merancang mitigasi risiko seperti yang sudah berjalan pada sektor panas bumi. Kedua, memberi stimulus pendanaan. Ketiga, memberi insentif fiskal. Di sini, Surya Darma memberi penekanan khusus pada poin kedua dan ketiga yang dirasa belum cukup optmimal.
Dalam segi stimulus pendanaan, pemerintah dapat di antaranya memberlakukan penangguhan angsuran pinjaman untuk energi terbarukan; menurunkan suku bunga pinjaman untuk aneka energi terbarukan; meniadakan denda finansial; memberlakukan carbon pricing & carbon tax; dan lain-lain termasuk memasukkan ekternality cost dalam perhitungan harga energi agar semua energi bisa berkompetisi.
Dari segi insentif fiskal, percepatan EBT bisa didorong dengan menghapus PPN bagi pengembangan energi terbarukan; menghapus PPh bagi pengembang EBT; Memberlakukan tax holiday untuk waktu yang lebih lama; dan lain-lain termasuk membebaskan PBB bagi investasi energi terbarukan. []