Gianluigi Buffon, nama yang tidak asing lagi di dunia sepak bola. Banyak kiper muda yang terinspirasi oleh sosoknya, karena ia bukan sekadar kiper biasa. Kiper legendaris asal Italia ini telah membuktikan kepiawaiannya yang bikin dunia bergidik kagum.
BARISAN.CO – Buffon muda menjalani debut profesionalnya di Parma pada 1995. Waktu itu, usianya baru 17 tahun. Dia hanyalah kiper pelapis, dan harus menjalani laga berat melawan tim kuat, AC Milan.
Siapa sangka, ia yang dikira hanyalah anak muda ingusan justru mampu membuat penyerang lawannya frustrasi. Sebab, tak ada satu biji pun gol yang bersarang di gawangnya. Alhasil, Buffon muda menunaikan tugasnya dengan gemilang dan laga debutnya berakhir dengan hasil seri 0-0.
Berselang dua tahun, Buffon si Wonderkid ini kemudian dipanggil membela timnas Italia. Namun, ia saat itu bukanlah pilihan utama sehingga tampak lebih sering menghiasi bangku cadangan.
Barulah pada Piala Dunia 2006, dia menjadi pemain kunci keberhasilan timnas Italia menjungkalkan lawan-lawannya dan keluar sebagai juara. Namanya semakin dielu-elukan lantaran ia menjadi pahlawan Gli Azzuri mengalahkan Perancis di partai final lewat adu penalti.
Kaki Panjang
Postur jangkung 192 cm adalah tubuh yang ideal untuk penjaga gawang. Dan itulah postur tinggi badan Buffon, ia mempunyai tangan dan kaki yang panjang untuk menjangkau segala sudut gawang.
Kemampuannya membaca permainan dengan presisi adalah kehebatan yang tak terbantahkan. Di mata lawan, ia nyaris tak pernah memberikan peluang, sebab dia selalu bisa mengantisipasi dan berada di tempat yang tepat untuk menepis bola sebelum jaring terguncang.
Hal lain yang membuatnya spesial dari kiper pada umumnya adalah kemampuannya memfungsikan kaki untuk menjaga kerapatan gawang. Sering tampak, ia menghalau serangan lawannya dengan pukulan kaki yang tepat sasaran.
Mental Kiper yang Tak Terkalahkan
Sebagai penjaga jala gawang, teknik saja tidak cukup. Butuh juga mentalitas baja sebagai modal penting.
Salah satu hal yang paling mencolok dari Buffon adalah ketenangannya dalam menghadapi tekanan. Dan, Piala Dunia 2006 adalah saksi betapa ia tenang dan fokus menjaga gawangnya. Padahal, saat itu tertinggal lebih dulu.
Selain itu, mental juara Buffon juga tercermin dalam cara ia merespons kegagalan. Meskipun pernah mengalami momen-momen pahit dalam karier sepak bolanya, ia selalu bangkit dan belajar dari kesalahannya.
Buffon bukan tanpa kesalahan dalam kariernya. Ia pun pernah melakukan beberapa blunder fatal yang membuahkan gol. Namun, tak lantas kemudian mentalnya surut.
“Dalam 18 bulan ke depan, mungkin saya akan menertawakan blunder yang saya lakukan ini jika saya mengingatnya kembali,” kata Buffon dikutip dari Football Italia. “Namun, apabila itu terjadi lagi dalam dua atau 20 hari ke depan, maka saya tidak akan tertawa lebih keras, sebab ada masalah pada diri saya sendiri,” lanjutnya.
Buffon telah membuktikan bahwa mental adalah bagian penting dari permainan sepak bola. Warisannya bukan hanya keterampilan di lapangan, tapi juga kekuatan mental yang tak tergoyahkan.
Akhirnya, Buffon yang sudah menginjak usia 45 tahun memutuskan gantung sepatu di klub pertamanya, Parma tepat pada Rabu (2/8/2023). Sang legenda telah meninggalkan warisan tak ternilai buat dunia sepak bola. Ia akan selalu dikenang dan dijadikan inspirasi untuk kiper-kiper masa depan. [Yat]