Pemilu 2024 diproyeksi didominasi pemilih muda.
BARISAN.CO – Ketua Lentera Anak, Lisda Sundari mengatakan, salah satu hak partisipasi anak adalah bisa menyampaikan, dihargai, serta didengar pendapatnya. Hal itu Lisda sampaikan dalam webinar “Jadilah Pemilih Pemula Cerdas” yang diadakan oleh Lentera Anak Foundation bersama Universitas Mercu Buana, Sabtu (1/4/2023).
Dia menambahkan, banyak anak yang mungkin pada Pemilu (Pemilihan Umum) sebelumnya belum 17 tahun, namun di tahun depan sudah bisa ikut memilih dalam Pemilu serempak tahun 2024.
Disebutkan, anak muda umumnya mendapatkan informasi dari media sosial.
“Sementara, fenomena media sosial beberapa tahun yang lalu sangat riuh, gaduh, dan penuh dengan informasi yang kalau kita tidak bisa memilah, kita bisa tersesat. Karena itu kita berharap Pemilu tahun depan, suasananya lebih kondusif, tenang, sehingga bisa menggunakan hak pilihnya dengan baik,” kata Lisda.
Sedangkan, Auguzt Mellaz, anggota KPU RI (Komisi Pemilihan Umum Republik Indonesia) menerangkan, Pemilu dianggap penting karena sebagai sarana aspirasi untuk menyuarakan dari yang punya hak suara.
Dia berpesan, agar anak muda mengecek namanya apakah sudah terdaftar atau belum melalui cekdptonline.kpu.go.id. Kemudian, masukkan Nomor Induk Kependudukan atau Nomor Passport bagi Pemilih Luar Negeri.
Jika belum terdaftar, Auguzt mengungkapkan, dapat menghubungi petugas KPU di jajaran tingkat bawah atau sampaikan melalui media sosial atau website KPU.
Dia menyampaikan, berdasarkan proyeksi Pemilu 2024, didominasi oleh pemilih muda, yang jumlahnya sekitar 55-60 persen.
Auguzt melanjutkan, sering kali anak muda dianggap apatis, padahal faktanya tidak demikian.
Dari paparannya, sekitar 85 persen anak muda ikut berpartisipasi dalam Pemilu 2014. Sedangkan, lebih dari 90 persen anak muda ikut mencoblos pada Pemilu 2024.
Namun begitu, August menegaskan, anak muda saat ini merasa adanya jarak dengan partai politik. Hal itu diungkapkan berdasarkan survei Litbang Kompas 17-30 Januari 2022.
“Pada gen Z dan Gen Y-muda, lebih dari 70 persen tidak merasakan adanya kedekatan dengan partai politik,” tambahnya.
Sementara, Fardan dari Networking, Cybernatics, & Engineering Management (NCM) mengingatkan, masa depan politik anak muda ditentukan juga oleh pemilih pemula terutama di tengah serbuan fake news, hoaks dan hate speech yang terkadang mendistorsi pikiran. Sehingga, dia menyarankan, agar melakukan digital literacy yakni individu bertanggung jawab untuk menemukan, mengevaluasi, dan mengomunikasikan informasi dengan memanfaatkan media digital.