BARISAN.CO – Para pahlawan itu berjuang mencurahkan energinya dengan keterbatasan. Mereka telah mengorbankan dirinya, mendedikasikan waktu dan pikirannya bahkan bersabung nyawa, berjuang dengan hartanya bahkan semua keluarganya terlibat.
“Maka dari itu pejuang! kita semua adalah relawan. Kita adalah anak-anak muda yang memiliki semangat pejuang yang diwariskan oleh pahlawan,” sambung Ketua Gerakan TurunTangan, Muhammad Chozin Amirullah mengatakan.
Alumnus Pondok Pesantren Tebuireng Jombang menuturkan bahwa makna kemerdekaan masa kini, tugas kita adalah tidak lagi merebut kemerdekaan, tetapi mempertahankan dan mengisi kemerdekaan itu. Untuk apa? Untuk memenuhi janji-janji yang telah ditorehkan di atas cita kemerdekaan Indonesia.
“Apa janji cita kemerdekaan Indonesia itu? Yaitu, melindungi, mensejahterakan, mencerdaskan dan terlibat dalam ketertiban dunia. Inilah tugas kita semua, sebagai kelanjutan perjuangan dari para pejuang, dari para relawan, para founding fathers negeri yang kita cintai ini,” terang Santri alumnus Universitas Gadjah Mada ini.
Ia berpesan untuk memaknai kemerdekaan ini dengan janji-janji kemerdekaan dan sebagai generasi muda tidak boleh terlena dengan kemerdekaan yang telah dicapai.
“Pejuang! Tema HUT RI ke-78 ini adalah “Terus Melaju Untuk Indonesia Maju”, apa artinya? Bahwa kita sebagai generasi muda tidak boleh berhenti, kita tidak boleh terlena dan stagnan. Sebagai generasi muda Indonesia harus terus maju untuk sambut harapan ke depan pancangkan mimpi setinggi-tingginya dan raih mimpi itu,” terangnya.
Lebih lanjut ia mengatakan kita tidak boleh berpangku tangan, apalagi naifnya hanya berurun angan. Yuks! kita harus turun tangan.
“Lakukanlah sesuatu hal yang produktif yang bisa dilakukan tanpa menunggu nanti dan tapi. Think big, Start small, Act Now!,” imbuhnya.
Sementara, Ketua Syuriah PWNU Jawa Tengah, KH Ubaidullah Shodaqoh merefleksikan hari kemerdekaan ini bahwasanya merdeka berasal dari kata eka yanga artinya satu.
“Eka yang artinya satu itu merujuk pada ke-Esaan Allah yakni tauhid,” sambungnya.
Sejatinya kemerdekaan itu, menurut Kiai nyentrik pengasuh Pondok Pesantren Al-Itqon Bugen adalah ketauhidan yang sejatinya memerdekakan manusia dari penghambaan duniawi menuju penghambaan yang bersifat ukhrawi yakni penyerahan diri kepada Allah Swt.
“Kemerdekaan diri yang kita capai berupa penghambaan yang hanya menghamba kepada Allah Swt. Jadi ketika kita ada kepentingan diri namun tidak melibatkan Allah Swt itu sama saja dengan perbudakan. Ia masih menghamba kepada kepentingan berupa kepada profesi, jabatan maupun kekuasaan,” jelas Mbah Ubed saat memberikan tausiyah pada cara Suluk Senen Pahingan, Minggu (13/08/2023).
Jadi artinya dalam pandangan ini Mbah Ubed menyampaikan bahwasanya tidak menghamba kepada manusia adalah kebebasan. Setiap laku hidupnya melibatkan Allah Swt sebab kepentingannya hanya untuk beribadah kepada Allah Swt.
Lebih lanjut Mbah Ubed mencontohkan sosok Rasulullah Saw yakni Nabi Muhammad Saw itu abduhu wa rasuluhu yang artinya nabi itu hamba Allah Swt dan ia sebagai Rasul adalah tingkatan dan derajat di bawah Allah Swt.
“Jadi hakikatnya Nabi Muhammad Saw adalah hamba Allah yang utuh. Ia tidak mungkin menjadi rasul jika tidak ada perantara menjadi hamba. Jadi di dahulukan abduhu (hamba) lalu baru rasul, jangan sampai kebalik,” terangnya.
Pengasuh ngaji selapanan Suluk Senen Pahingan ini juga mencontohkan kemerdekaan sosok Gus Dur.
“Sebagaimana Gus Dur, ia tidak mendengarkan cemoohan dan tidak terpengaruh dengan segala pujian dan lainnya sebagainya. Ia tetap meyakini dirinya bahwa keyakinan tersebut bersumber langsung dari Allah Swt, inilah kebenaran,” jelasnya.
Jadi makna dari kemerdekaan memperingati Hari Ulang Tahun (HUT) ke-78 Republik Indonesia, KH Ubedullah Shodaqoh yakni benar-benar utuh menghamba kepada Allah Swt. “Hakikat dari kemerdekaan itu ketika manusia tidak menghamba selain kepada Allah. Dia sosok manusia yang merdeka,” pungkasnya.***