Lisan atau ucapan itu nakhoda. Maka dalam suasana lebaran penting untuk menjaga lisan. Jangan nodai Idul Fitri dengan perkataan yang menyinggung orang lain.
MOMEN Idul Fitri sangat identik dengan silaturahim. Saling kunjung-mengunjungi ke sanak saudara dan kerabat. Saling bermaaf-maafan sambil bercengkrama menikmati hidangan lebaran.
Namun, tidak sedikit orang yang merasa tidak nyaman saat silaturahim lebaran. Akibat masih adanya omongan atau kata-kata yang terkadang menyakitkan, menyindir, atau menyinggung orang lain. Entah itu sengaja maupun tidak disengaja.
Meminta maaf dilakukan atau diminta memaafkan pun diterima. Tapi di saat yang sama, masih saja berkata-kata yang negatif atau membuat orang lain tidak nyaman.
Baik itu berupa pertanyaan yang membuat orang lain tidak senang, memamerkan harta dan dirinya, berbicara sombong, bahkan berkata-kata yang menyakitkan orang lain. Bila itu terjadi, maka suasana silaturahim dan lebaran pun dikotori oleh lisan yang tidak terjaga.
Contoh pertanyaan yang menyebalkan lainnya ketika ada yang tanya soal, “Kapan nikah?” atau “Kok… belum hamil? Ehh, kamu nggak ada rencana tambah anak, ya?” dan sederet lainnya.
Mungkin pertanyaan ini diajukan dalam rangka rasa peduli dan bentuk perhatian. Tapi, pertanyaan seperti ini nggak layak untuk diajukan saat silaturahmi.
Sebaiknya, cari topik obrolan yang sifatnya netral, dan menghindari topik yang sifatnya sensitif seperti ini ada baiknya dihindari. Lagi pula baik menurut orang lain, belum tentu baik untuk kita, bukan?
Selan itu, hal lain yang perlu diperhatikan adalah tampil apa adanya saja. Tidak perlu berlebihan apalagi sampai jadi Etalase toko Emas berjalan.
Tanpa disadari momen silaturahmi ini bikin seseorang menampilkan eksistensi dirinya. Diperlihatkan lewat penampilan atau cerita yang justru akhirnya terlihat berlebihan.
Jika menemukan hal yang demikian, yang bercerita kesuksesan yang telah ia raih, Tak perlu ambil pusing. Cukup mensikapinya dengan berpikir positif, dengan memetik pembelajaran bagaimana ia bisa mencapai kesuksesan.
Mari warnai Idul Fitri dengan menjaga lisan dan menata hati saat bersilaturahmi. [rif]