Barisan.co
  • Beranda
  • Opini
  • Analisis
    • Esai
    • Analisis Awalil
    • Perspektif
  • Kolom
  • Khazanah
  • Lifestyle
  • Sosok
  • Sastra
  • Barisan Tv Network
    • Barisan Tv
    • Awalil Rizky
Tak ada hasil
Lihat semua hasil
Barisan.co
Tak ada hasil
Lihat semua hasil
Barisan.co
Tak ada hasil
Lihat semua hasil
Beranda Opini

Melayu Sumbang Bahasa Persatuan, Kamu Sumbang Apa?

:: Yayat R Cipasang
14 September 2023
dalam Opini
Melayu Sumbang Bahasa Persatuan, Kamu Sumbang Apa?
Bagi ke FacebookCuit di TwitterBagikan ke Whatsapp

Masyarakat adat Melayu Rempang sudah mendiami tanahnya sejak 200 tahun lalu. Dua abad. Sementara umur Indonesia baru 78 tahun.

UNI Eropa memiliki bahasa nasional sebanyak 21 bahasa. Mereka tidak bisa menyepakati satu bahasa resmi untuk komunitas mereka. Karena itu semua dokumen terkait Uni Eropa dan juga saat menggelar acara resmi, interpreter pun sibuk untuk mewakili 21 bahasa sehingga bisa dipahami semua delegasi. Ribet!

Tapi coba merenung sedikit terutama untuk para elite negeri ini yang egois dan keras kepala plus tuna sejarah. Indonesia punya 733 bahasa daerah. Catat ya!

Bisa dibayangkan sendainya Indonesia yang belum lahir pada 1928 dan para pendiri bangsa ini ngotot dengan ego mereka masing-masing. Bisa saja mereka menginginkan bahasa Jawa yang digunakan. Atau bahasa Sunda. Juga mungkin Minang, Bugis, Batak dan lainnya. Tapi itu tidak terjadi.

Saya tak bisa membayangkan bila mereka ngotot dengan primordialismenya masing-masing maka bahasa nasional menggunakan 733 bahasa dan dokumen resmi negara semuanya diterjemahkan sebanyak itu.

BACAJUGA

puisi untuk rempang

Para Penyair Baca Puisi untuk Rempang, Digelar LSBO PW Muhammadiyah Jateng

20 September 2023
Rempang

Ombudsman: ‘Kami Menduga Ada Cacat Administrasi Terkait Relokasi Warga Rempang’

19 September 2023

Tapi pemuda saat itu sepakat bahasa persatuan yang digunakan berakar dari bahasa Melayu, lingua franca. Ingat baik-baik, bahasa Melayu! Saat itu bahasa Melayu sudah sangat maju karena digunakan dalam dunia perdagangan dan digunakan dalam karya sastra.

Melayu Terusik

Pulau Rempang adalah bangsa Melayu. Ketika mereka diusik atau terluka, maka bangsa Melayu di pulau lainnya bahkan di Malaysia, Singapura, Brunei dan Filipina pun merasa terluka.

Akibat dari kebijakan investasi dengan dalih proyek strategis nasional (PSN) yang menjadi kebanggan Presiden Jokowi, masyarakat Melayu yang tadinya hidup tenang tiba-tiba diusir dari tempat yang diwariskan nenek moyangnya.

Pemerintah lupa mereka itu adalah bangsa yang berjasa untuk negeri ini. Mereka adalah pewaris yang sah dan telah memberikan saham nyawa dan budaya adiluhungnya untuk Indonesia, bahasa persatuan.

Mereka adalah keturunan pejuang yang ikut memerdekakan Indonesia dari kolonialisme. Mereka juga sumbang bahasa untuk Indonesia. Lalu dengan pongahnya Pemerintah mengusir mereka demi investasi.

Padahal investasi itu justru harus mensejahterakan masyarakat dan rakyat Indonesia. Kalau investasi merusak lingkungan, budaya dan mengusir masyarakat adat, justru itu bencana.

Indonesia Itu Tamu

Lalu dengan mudahnya Pemerintah akan merelokasi mereka ke tempat baru dengan dalih investasi senilai Rp381 triliun. Padahal mereka itu adalah hidup di pesisir dan budaya laut. Mereka mata pencaharianya di pantai dan di laut. Lalu mau dipindahkan ke darat atau ke lokasi lain.

Justru relokasi seperti itu malah akan membuat mereka tercerabut dari budaya dan mata pencahariannya. Mereka dipindah ke daratan mau jadi apa. Bila dipindahkan ke pantai lain, mereka pun harus belajar dan adaptasi lagi dari awal. Relokasi semacam ini hanya memiskinkan mereka.

Sungguh disayangkan para elite negeri ini, malah ramai-ramai menyalahkan masyarakat Melayu Rempang demi Rempang Eco City.

Mereka dituduh tidak memiliki sertifikat. Padahal mereka itu justru harus menjadi sasaran sertifikasi lahan Presiden Jokowi, bukan malah digusur.

Pejabat lainnya yang terlihat frustrasi sibuk menyalahkan asing. Dalihnya asing ada yang cemburu bila investasi besar masuk ke Indonesia. Tuduhan yang absurd.

Ya, masyarakat adat Melayu Rempang sudah mendiami tanahnya sejak 200 tahun lalu. Dua abad. Sementara umur Indonesia baru 78 tahun.

Sepertinya, Indonesia yang tidak membayar paten bahasa Melayu, pantas berjuluk pendatang atau migran yang ngelunjak.

Topik: Bahasa IndonesiaBangsa MelayuBP BatamPulang RempangRempang Eco City
Bagikan3Tweet2Send
Yayat R Cipasang

Yayat R Cipasang

Menulis buku Selebritis Ramai-ramai Bidik Senayan (Madia Publisher, 2009), DPR Salah Gaul (Change, 2014), Yanti B Sugarda: Ibu Polling Indonesia (Change, 2014), Menulis Itu Asyik (Diva Press, 2020) dan Selendang untuk Anies (Alinea Publishing, 2022).

POS LAINNYA

Makam Diponegoro
Opini

Perlukah Kita Memindah Makam Pangeran Diponegoro?

25 September 2023
Perusahaan Koperasi
Opini

DIVVY: Keunggulan Sistem Perusahaan Koperasi

24 September 2023
Koalisi Perubahan vs Non Perubahan = Koalisi Kerakyatan vs Koalisi Kekuasaan
Opini

Koalisi Perubahan vs Non Perubahan = Koalisi Kerakyatan vs Koalisi Kekuasaan

22 September 2023
Apakah Keuntungan Itu
Opini

Apakah Keuntungan Itu?

21 September 2023
Oligarki yang Menagih Hutang
Opini

Masa Lalu, Masa Depan, dan Oligarki yang Menagih Hutang

21 September 2023
Prabowo dan Ganjar Menunggu Godot?
Opini

Prabowo dan Ganjar Menunggu Godot?

20 September 2023
Lainnya
Selanjutnya
Strategi Pembangunan Berorientasi Manusia Berbudaya2

Ketua PIEC: Pembangunan Berorientasi Fisik, Perlu Mempertimbangkan Faktor Manusia dan Alam

Karakter Hawa Nafsu

Karakter Hawa Nafsu

TRANSLATE

TERBARU

cangkir
Puisi

Cangkir – Puisi Yanuar Abdillah Setiadi

:: Redaksi Barisan.co
1 Oktober 2023

cangkir

Selengkapnya
GERNAS SATAMAR

KoReAn Deklarasikan Gerakan Nasional Saksi AMIN Tak Mau Dibayar atau GERNAS SATAMAR

1 Oktober 2023
Viral Perundungan di Sekolah, 72%  Mengaku Pernah Mengalami, Ini Datanya

Viral Perundungan di Sekolah, 72%  Mengaku Pernah Mengalami, Ini Datanya

30 September 2023
Majelis Sholawat An-Nahdhiyyah Indonesia

Doakan Kemenangan Anies-Cak Imin, Majelis Sholawat An-Nahdhiyyah Rutin Gelar Istigosah

30 September 2023
VAR: Inovasi yang Membantu Wasit Mengambil Keputusan

VAR: Inovasi yang Membantu Wasit Mengambil Keputusan

30 September 2023
Kejayaan Kelapa Berakhir, Mangrove Telanjur Rusak

Kejayaan Kelapa Berakhir, Mangrove Telanjur Rusak

30 September 2023
Melalui Video Call, Anies Minta Relawan Manies di Ambon Jaga Kesolidan dan Kesantunan

Melalui Video Call, Anies Minta Relawan Manies di Ambon Jaga Kesolidan dan Kesantunan

30 September 2023
Lainnya

SOROTAN

Makam Diponegoro
Opini

Perlukah Kita Memindah Makam Pangeran Diponegoro?

:: Ananta Damarjati
25 September 2023

Pengambilan keputusan terkait pemindahan makam seorang pahlawan harus melibatkan kajian yang mendalam. SULIT sekali membayangkan Indonesia tanpa makam Pangeran Diponegoro....

Selengkapnya
Perusahaan Koperasi

DIVVY: Keunggulan Sistem Perusahaan Koperasi

24 September 2023
Koalisi Perubahan vs Non Perubahan = Koalisi Kerakyatan vs Koalisi Kekuasaan

Koalisi Perubahan vs Non Perubahan = Koalisi Kerakyatan vs Koalisi Kekuasaan

22 September 2023
Apakah Keuntungan Itu

Apakah Keuntungan Itu?

21 September 2023
Oligarki yang Menagih Hutang

Masa Lalu, Masa Depan, dan Oligarki yang Menagih Hutang

21 September 2023
Prabowo dan Ganjar Menunggu Godot?

Prabowo dan Ganjar Menunggu Godot?

20 September 2023
  • Tentang Kami
  • Kontak
  • Redaksi
  • Disclaimer
  • Pedoman Media Siber
  • Indeks Artikel

BARISAN.CO © 2020 hak cipta dilindungi undang-undang

Tak ada hasil
Lihat semua hasil
  • Beranda
  • Opini
  • Analisis
    • Esai
    • Analisis Awalil
    • Perspektif
  • Kolom
  • Khazanah
  • Lifestyle
  • Sosok
  • Sastra
  • Barisan Tv Network
    • Barisan Tv
    • Awalil Rizky

BARISAN.CO © 2020 hak cipta dilindungi undang-undang