BEGITU Kaesang Pangarep diangkat menjadi Ketua Umum Partai Solidaritas Indonesia (PSI) pikiran saya langsung berburuk sangka. Saya menduga ini semacam aji mumpung keluarga Jokowi di penghujung akhir masa jabatan agar kesinambungan politik di keluarga terjaga.
Saya juga berburuk sangka kepada PSI sebagai partai perusak demokrasi karena tata pemilihan ketua umum yang tidak umum itu. Hanya beberapa hari jadi anggota sudah langsung jadi ketua umum. Bahkan saat tulisan ini dibuat ternyata masih ada anggota PSI yang tidak tahu dinamika ini.
Barangkali saya harus minta maaf kepada Kaesang dan PSI atas prasangka buruk itu. Semakin saya mencermati, ternyata Kaesang justru memberi contoh bagaimana bersikap kritis kepada pemerintahan Presiden. Kaesang mengajari cara menyikapi dinamika partai politik yang sering konflik dan melahirkan barisan sakit hati.
Begitulah. Merasa sebagai anak muda, jiwa dan naluri nasionalisme Kaesang meronta-ronta melihat politik yang banyak meninggalkan luka batin kader partai dan masyarakat.
Orang-orang tua kritis itu secara strategi jauh banget levelnya dengan langkah Kaesang. Padahal fakta mutakhirnya, Kaesang dan PSI ternyata sangat kritis lho. Kesan yang muncul, mereka dekat dengan pemerintah. Nyatanya nasih bisa menyuarakan apa yang menjadi keresahan masyarakat.
Mengamplifier suara orang-orang yang termarjinalkan. Tapi cara mereka tidak meledak-ledak. Mereka memilih gaya satire. Sumpah deh. Mau bukti? Mari kita lihat dari pidato Kaesang usai dilantik jadi ketua umum PSI.
Pertama, Kaesang mengungkit adanya 200 organ relawan Jokowi.
“Terima kasih atas kehadiran.. kalau di sini tertulisnya 137 organ relawan Pak Jokowi. Tapi tadi saya diinfo katanya sekarang udah 200 ya sekarang.. sekali lagi saya nggak diupdate soalnya,” kata Kaesang di Djakarta Theater, Jakarta Pusat, Senin (25/9/2023).
Dari ucapan ini jelas banget majas satire yang bukan kaleng-kaleng. Tidak mungkin Kaesang nggak update. Bahkan pidato ini dikutip banyak media mainstream sebagai pidato pertama Kaesang. Media mainstream ketika memilih kutipan tentu dengan pertimbangan sangat matang.
Kaesang lalu menyampaikan terima kasih kepada para relawan yang telah mengantarkan Jokowi menjadi Presiden RI selama dua periode. Ia berharap kesetiaan relawan terhadap Jokowi bisa selamanya.
Padahal sebenarnya Kaesang tahu persis dengan tingkah polah mereka yang menyebut diri relawan Jokowi. Orientasinya jelas kemapanan finansial. Ini adalah tamparan menohok bagi para relawan dan Jokowi sendiri.
Sebagai orang terdekat dan lingkaran dalam Jokowi, mustahil kalau Kaesang tidak tahu bahwa laporan yang disampaikan ke Jokowi selalu dilebih-lebihkan. Investasi 70 milyar dilaporkan 700 trilyun misalnya.
Nah kalimat Kaesang jelas banget menyindir Jokowi dan anak buahnya. Kaesang juga hapal dengan kelakuan para relawan yang sulit setia jika tak ada kue, makanya dia menyebut kesetiaan terhadap Jokowi.
Kaesang tahu cara mengartikulasikan fakta dengan satire.
“Terima kasih buat semua karena sudah mengantar Pak Jokowi sebagai presiden dua periode dan masih setia bersama beliau sampai sekarang dan semoga selamanya,” katanya.
Bukankah soal kesetiaan itu nggak faktual? Wong nyatanya Immanuel Ebenezer alias Noel yang pentolan relawan Jokowi, awalnya membentuk Ganjar Pranowo Mania (GP mania), eh tahapan pilpres belum dimulai udah nggak setia dan pindah dukungan ke Prabowo.
Pidato Kaesang menyindir sikap ini sangat cerdas. Ia menyebut relawan adalah sosok setia. Dahsyat. Kaesang menyoal kesetiaan agar mereka yang merasa relawan bisa berkaca. Ini penting sebab saat ini kritik langsung itu ternyata nggak ngefek. Jangankan perbaikan, yang terjadi malah marah-marah dan itu dibawa ke ruang publik.
Jadi ucapan itu satire, percaya deh sama saya. Sebab kalau mengkritik secara langsung yang terjadi malah terjerat UU ITE ntar. Jadi, jalan satire ini adalah cara paling elegan yang bisa diambil. Apalagi Jokowi selalu bilang tak akan intervensi soal hukum. Nah kan?
Berikutnya adalah ketika Kaesang menyebut PSI sebagai kapal besar yang berlayar.
“Kalau disebut kapal besar ya, tapi kita akan menuju ke sana,” kata Kaesang.
Ia kemudian meyakinkan bahwa partai yang dipimpinnya saat ini mampu menaklukkan tantangan yang dihadapi semua parpol.
“Saya yakin dan optimis, arus dan gelombang akan berpihak kepada kita, anak muda,” katanya.
Mau tahu dimana letak satire-nya?
Jelas sekali kalau PSI bukan partai besar. Dibanding Perindo yang sama-sama tak punya kursi di Senayan saja suaranya masih kalah. Ini jelas sekali sebuah sindiran partai-partai kecil yang ikut hiruk pikuk mendegradasi calon presiden hanya agar bisa tergabung dalam sebuah koalisi dan akhirnya kebagian kue.
Pengalaman Kaesang jualan pisang yang mengantarnya menjadi pengusaha muda dan mendapat investor besar sampai ratusan milyar jelas bukan kaleng-kaleng.
Jualan pisang saja mampu menarik investor ratusan milyar karena ia tahu caranya jualan. Memang belakangan pamor Sang Pisang menurun dan dicurigai bangkrut. Padahal yang sebenarnya terjadi Kaesang Pangarep melakukan rebranding terhadap Sang Pisang dan Yang Ayam. Hal ini dilakukan agar bisa mengikuti perkembangan jaman. Apalagi dia punya target Sang Pisang akan jadi start up di 2024. Ada kok tweetnya.
“DALAM 5 TAUN KEDEPAN, SANG PISANG AKAN JADI STARTUP PISANG UNICORN,” tulis Kaesang di Twitter, Minggu (17/2/2019).
Dua jam setelah dicuitkan, tweet itu sudah diretweet lebih dari 3.600 kali.
Ia sebenarnya berpesan, jika mau kue ya kerja. Jadi pengusaha yang jujur, bukan dengan aktif di partai politik.
Ucapan tentang anak muda itu juga menjadi sebuah autokritik. Pidato itu sebenarnya meneruskan omongan Giring Ganesha yang akan mengembalikan partai kepada yang berhak, yakni anak muda.
Bayangkan, dalam gelaran pemilu mendatang, PSI bukan partai terbanyak yang mengusung anak muda sebagai caleg.
KPU RI telah mengumumkan Daftar Calon Sementara (DCS) Anggota DPR RI Pemilu 2024 pada 19/8/2023. Dari daftar tersebut, ternyata partai yang paling banyak mengusung bakal calon anggota legislatif (bacaleg) DPR RI berusia muda bukan Partai Solidaritas Indonesia (PSI), parpol yang selama ini mengklaim sebagai partai anak muda.
PSI mengusung PSI tercatat mengusung 320 bacaleg berusia 21-40 tahun. Ini tersebar di seluruh Indonesia ya, bukan hanya untuk DPR RI. Bandingkan dengan Partai Garuda yang mengusung 405 bacaleg berusia 21-40 tahun.
Ini jelas tamparan bagi semua partai termasuk PSI yang mendaku sebagai partai anak muda. Apalagi partai lain yang bacalegnya didominasi orang tua baby boomers.
Itu bukti kecerdasan Kaesang. Bukankah yang dia sampaikan beda dengan fakta yang ada? Jika memuji dan mendaku sesuatu tapi berbeda dengan fakta, fix banget itu gaya satire. Keren kan?
Strategi Kaesang mengubah perspektif umum tentang partai politik dengan menyesuaikan zaman dan kemampuan. Hidup harus kayak gitu, bisa beradaptasi.
Dari dua hal ini saja saya sudah meyakini bahwa Kaesang dan PSI sedang memperbaiki sesuatu yang salah dari dalam. Tetap kritis tapi akan mengubah sistem dari dalam.
Itulah sebabnya saya akan mencoblos PSI dalam pemilu mendatang bersama dengan partai lain yang bisa bersikap satire maupun non satire mengkritisi kebijakan yang memang populis seperti investasi di Rempang yang seratus persen untuk kesejahteraan rakyat.
Apa arti menggusur 7500-an warga dan 16 kampung tua bersejarah dibanding 230 juta jiwa dan masa depan yang sering tak peduli sejarah?
Belajar dari Kaesang dan PSI, mau nyinyir atau nyindir, nggak bakalan ngefek. Kalau ngefek mah distribusi kesejahteraan sudah terjadi. Tak ada nasabah pinjol bunuh diri karena nggak kuat menahan teror debt kolektor. Tak akan ada protes warga Rempang, Lampung, Kalimantan, Konawe, dan lain-lain yang mengalami konflik agraria.
Kaesang mengajari bahwa nyinyiran tak ada efeknya juga. Karena untuk nyinyir, nyindir, dan nyiair sama-sama butuh cermin. Dan Kaesang dengan cerdas mampu mengartikulasikannya.
Pissss!!!!