Teknik Reid paling populer dalam penegakan hukum.
BARISAN.CO – Dalam film dokumenter Victim/Suspect, banyak korban serangan seksual yang justru mengaku menjadi pelaku tuduhan palsu atas laporannya tersebut. Buku “Psikologi Forensik” telah menjelaskan, ada beberapa faktor yang membuat pengakuan bersalah palsu terjadi.
Di antaranya adalah voluntary false confessions (pengakuan bersalah palsu yang diberikan secara sukarela), coerced-compliant false confessions (pengakuan bersalah palsu karena menuruti paksaan), dan concerced-internalized false confessions (pengakuan bersalah palsu yang diinternalisasikan melalui paksaan).
Buku itu juga menyebut, faktor yang membuat seseorang rentan untuk membuat pengakuan bersalah termasuk sugestibilitas, kecerdasan yang rendah, umur yang masih muda, kecemasan, ketakutan, dan intoksikasi. Selain itu, ada juga karakteristik permintaan, seperti isolasi, pengurungan, interogasi yang terlalu lama, penggunaan teknik interogasi minimisasi dan maksimisasi, serta penggunaan tipu muslihat dan kebohongan.
Sementara, integrator dalam “Victim/Suspect” menggunakan tipu muslihat dengan menggunakan Reid technique (teknik Reid). Teknik tersebut dikembangkan di Amerika Serikat oleh ahli poligraf sekaligus mantan polisi Chicago, John E. Reid pada tahun 1950-an.
Ini adalah teknik interogasi paling populer dalam penegakan hukum. Teknik ini menggunakan tema-tema alternatif yang membenarkan kejahatan atau agresi verbal untuk membuat tersangka tidak nyaman dan mengintensifkan garis pertanyaan.
Survei John E. Reid & Associates, Inc mengungkapkan, dari 2.000 lulusan Reid yang menghadiri program pelatihannya antara tahun 2001-2022, 95% responden melaporkan bahwa menggunakan teknik Reid membantu mereka meningkatkan tingkat pengakuan.
Akan tetapi, dalam beberapa tahun terakhir, teknik tersebut telah dikritik karena meningkatnya jumlah pembebasan. Sebagian besar dari kasus tersebut ialah individu tidak bersalah membuat mereka menjadi tersangka. Dengan kata lain, mereka mengakui sesuatu yang tidak mereka lakukan.
Pada Desember 2008 misalnya, polisi mengurung Nga Truong yang berusia 16 tahun setelah dua jam diinterogasi atas kasus meninggal bayinya yang berusia 13 hari. Kisah Truong tersebut bahkan diangkat menjadi film dokumenter 2010, “The Confessions”.
Dilansir dari Frontline, pakar pengakuan palsu dan profesor hukum, Richard Leo mengatakan, sebagian besar yang dilakukan polisi dalam interogasi yang mengarah pada pengakuan palsu adalah sah. Reid pernah menggembar-gemborkan tekniknya seolah mendapatkan hasil yang lebih baik daripada seorang pendeta.
Robert Kolker dari New York Magazine menyampaikan, teknik Reid ini adalah sumber utama masalah dari pengakuan palsu.
Integrator dapat mengklaim memiliki bukti yang sebenarnya mereka tidak miliki, kemudian menawarkan keringanan hukuman, dan juga menyajikan bukti palsu seperti hasil tes pendeteksi kebohongan. Inilah yang membuat mereka percaya, mengaku adalah pilihan terbaik bagi mereka.
Sedangkan Times menyebut, satu-satunya cara melepaskan diri dari keadaan tersebut adalah bertahan tanpa mengaku. Times menuliskan, dalam praktiknya, teknik ini kebanyakan dilakukan kepada orang miskin, tidak berpendidikan, dan mereka yang percaya dengan sistem pemerintahan.
Pengakuan memang bukti terkuat dari rasa bersalah. Namun, teknik Reid ini dianggap harus dihentikan agar tidak ada lagi orang tidak bersalah yang mengakui kejahatan yang tidak dilakukannya. (Yat)