BARISAN.CO – Maestro seni lukis Indonesia, Djoko Pekik meninggal dunia dalam usia 86 tahun di Yogyakarta, Sabtu (12/8/2023) di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta.
Kabar meninggalnya Djoko Pekik salah satunya dibagikan oleh sang anak Petrus Gogor Bangsa melalui pesan berantai di WhatsApp.
Seniman Jogja Butet Kertaredjasa juga membagikan kabar duka tersebut melalui akun Instagramnya. “SELAMAT JALAN Pak Djoko Pekik. Sumangga Gusti,” tulisnya dalam caption dengan mengunggah foto bersama mendiang Djoko Pekik.
Putra keempat Djoko Pekik, Nihil Pakuril mengungkapkan, sang ayah selama 10 tahun terakhir menderita penyakit gula seiring usianya yang telah lanjut. Namun demikian, ujar Nihil, ayahnya tetap bersemangat menjalani aktivitas melukis juga pameran.
“Pada Maret 2023 masih pameran di Banyuwangi, dan Agustus ini masih sempat juga melukis,” kata Nihil dilansir dati Tempo.
Karya Fenomenal Djoko Pekik
Selama hidupnya, pelukis senior ini dikenal sebagai pelukis yang banyak menghasilkan karya dengan tema kerakyatan.
Dari sekian banyak lukisannya, salah satu lukisan yang fenomenal adalah ‘Berburu Celeng’ yang disebut terjual dengan harga Rp 1 miliar. Lukisan tersebut menggambarkan keadaan para pemimpin Indonesia pada masa Orde Baru.
Selain Berburu Celeng, lukisan tokoh Semar dan Petruk yang dipajang di Istana Kepresidenan Yogyakarta juga banyak dibicarakan orang. Mengutip dari Majalah Tempo pada Februari 2020, ide awal membuat lukisan tentang Petruk, tokoh punakawan dalam pewayangan Jawa, setelah pulang dari Pemilu 2019. Ia mengerjakannya selama empat bulan.
Lukisan berjudul “Petruk Jadi Ratu, Semar Kusirnya” itu Djoko Pekik menggambarkan Petruk sedang berjalan sambil menyalami orang yang berkerumun.
Butet Kartaredjasa yang menjadi saksi pada saat itu, mengunggah kembali foto saat lukisan Djoko Pekik itu dipajang di Istana Kepresidenan Yogyakarta.
Pekik juga pernah berhimpun di Sanggar Bumi Tarung dan sudah pernah beberapa kali menggelar pameran tunggal. Lukisan-lukisannya memiliki harga yang fantastis mencapai miliaran rupiah.
Seniman Lekra yang Ditahan Tanpa Pengadilan
Djoko Pekik lahir di Purwodadi, Jawa Tengah, pada 2 Januari 1937. Dia kemudian menempuh studi seni rupa di Akademi Seni Rupa Indonesia (ASRI) di Yogyakarta tahun 1957-1962. Lembaga ini merupakan cikal bakal Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta.
Seusai peristiwa Gerakan 30 September 1965, Djoko Pekik ditangkap oleh aparat karena dianggap berhubungan dengan Lembaga Kebudayaan Rakyat (Lekra).
Lekra atau organisasi Lembaga Kebudayaan Rakyat didirikan atas inisiatif anggota yang aktif di Partai Komunis Indonesia (PKI) pada 1950. Namun Lekra sama sekali terpisah dari partai tersebut.
Dia kemudian menjadi tahanan politik tanpa diadili karena keterlibatan dengan Lekra tersebut antara 1965 hingga 1972.
Setelah menjadi tahanan politik, Djoko kemudian memutuskan vakum sampai 1990 saat ia mulai memamerkan kembali karyanya di Edwin Galeri Jakarta.
Karya Djoko Pekik masih sering menjadi obyek dalam berbagai pameran, antara lain pada pameran tunggalnya Jaman Edan Kesurupan di Galeri Nasional (2013), dan pada ARTJOG 9 di Jogja National Museum (2016). [rif]