Proyek pembangunan LRT di Bali yang disponsori Korsel diprediksi menelan biaya Rp10 triliun.
BARISAN.CO – Rencana membangun trasportasi light rapid transit (LRT) di Bali menyeruak lagi setelah Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi ke Korea Selatan.
Selasa kemarin (30/5/2023), Menhub bertemu dengan Chairman & CEO Korean National Railway (KNR) Kin Hanyoung, dan CEO Korea Overseas Infrastructure & Urban Development Cooperation (KIND) Kang Hoon Lee.
KNR dan KIND adalah dua entitas asing yang, pada tahun 2021 silam, sempat menyatakan ketertarikannya berinvestasi membangun LRT rute Bandara Ngurah Rai—Seminyak. Rute ini memiliki panjang 9,46 kilometer.
Budi Karya mengatakan, berdasarkan hasil studi kelayakan yang sudah dilakukan, proyek LRT Bali akan menelan biaya Rp10 triliun.
Pembiayaan
Soal dari mana datangnya duit sebesar Rp10 triliun itu, Budi Karya mengatakan, “Nantinya akan didanai melalui skema bantuan atau Official Development Assistance dari Korsel. Sementara untuk pendanaan konstruksinya akan melalui skema KPBU [Kerja Sama Pemerintah dan Badan Usaha],” dikutip Kamis (3/6/2023).
Angka pembiayaan yang disebutkan Budi Karya berbeda dengan yang pernah disampaikan Menteri Bappenas Suharso Monoarfa.
Tahun lalu, Suharso memperkirakan total biaya pembangunan Rp8,38 triliun.
Kala itu Suharso merinci, pembangunan tahap pertama yang menghubungkan Bandara Ngurah Rai dan Sentral Park sepanjang 5,3 km menelan biaya Rp5,84 triliun.
Tahap kedua menghubungkan Sentral Park dan Seminyak sepanjang 4,16 km menghabiskan Rp2,54 triliun.
Itungannya Masuk?
Wakil Ketua Bidang Pemberdayaan dan Penguatan Wilayah Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI), Djoko Setijowarno, menyebut untuk membangun sebuah jalur LRT ada kemungkinan butuh uang sekitar Rp50–500 miliar per kilometer.
Itung-itungannya, untuk jalur at grade atau di darat butuh Rp50 miliar. Jika bentuknya elevated atau melayang maka per kilometernya butuh Rp500 miliar.
Mengacu pada studi kelayakan, Djoko mengatakan kemungkinan LRT Bali akan menggunakan jalur elevated. Dengan begitu uang Rp10 triliun yang dibutuhkan untuk membangun LRT cukup.
“Ya kalau Rp10 triliun cukup sih, mungkin belasan kilometer,” sebut Djoko, dikutip dari Detikcom.
Sementara itu, Ketua Forum Perkeretaapian dan Angkutan Antar Kota MTI, Aditya Dwi Laksana, mengatakan biaya yang besar hingga ancaman mangkrak menjadi beberapa hambatan untuk membangun LRT di Bali. Oleh karenanya proyek ini harus melalui kajian panjang dan mendalam.
“Pembangunan LRT memerlukan kajian yang panjang dan mendalam. Terutama dari kelayakan finansial, ketersediaan lahan, pembiayaan, analisa dampak lingkungan dan dampak lalu lintas dan lainnya,” ungkapnya. [dmr]