BARISAN.CO – Momen libur lebaran banyak masyarakat yang memanfaatkannya untuk mengunjungi tempat wisata, salah satunya pantai. Pemudik yang melalui jalur selatan, tak jarang mampir ke Pantai Parangtritis yang berada di Bantul, Yogyakarta.
Keindahan pantai, pemandangan bukit dan deburan ombak menjadi daya tarik sendiri bagi wisatawan. Bahkan ada yang mengatakan tak lengkap rasanya jika berkunjung ke Jogja namun tidak menikmati keindahan wisata bahari ini.
Pantai Parangtritis terkenal dengan mitos legenda Nyi Roro Kidul. Dengan pasir pantainya yang berwarna hitam, pantai ini menjadi ikon Kabupaten Bantul.
Pengunjung Pantai Parangtritis dimanjakan dengan berbagai wahana berupa jip wisata, andong yang menyusuri sepanjang pesisir pantai, ATV, paralayang, dan masih banyak lagi.
Dari Kota Yogyakarta, jarak ke Pantai Parangtritis sekitar 32 kilometer dengan waktu tempuh kurang-lebih 1 jam. Sementara untuk memasuki kawasan pantai ini, pengunjung harus membayar tiket di pos retribusi sebesar Rp10.000 per orang.
Ancaman Bahaya Pantai Parangtritis
Di balik keindahan Pantai Parangtritis, juga terdapat bahaya yang perlu diwaspadai wisatawan.
Keberadaan Parangtriris yang berbatasan langsung dengan Samudra Hindia menimbulkan gelombang tinggi. Selain itu, gelombang tinggi yang terjadi di pantai ini, juga bisa terjadi akibat iklim yang tidak stabil.
Baru-baru ini, wisatawan asal Subang Jawa Barat, FA, (14 tahun), yang hilang ditelan ombak ditemukan dalam kondisi meninggal, Jumat, (28/4/2023).
Sebelumnya, Koordinator SAR Satlinmas Rescue Istimewa Wilayah III Parangtritis, M Arif Nugraha mengatakan terdapat tiga korban dengan inisial F (14), N (16), dan Z (12), mereka datang bersama rombongan keluarga di Parangtritis pukul 09.00 WIB.
“Secara tidak sadar ketiga korban terbawa arus ke arah palung dan terseret ke tengah laut,” kata Arif seperti dikutip dari detikJateng, Jumat (28/4/2023).
Tim SAR dan anggota Ditpolairud Polda DIY langsung memberi pertolongan terhadap ketiga korban. Dua korban berhasil diselamatkan.
Antisipasi Bahaya di Parangtritis
Berbagai langkah antisipasi sudah dilakukan pengelola. Seperti papan peringatan, spanduk pemberitahuan, hingga penjagaan personel Tim SAR Pantai Parangtritis agar pengunjung tak bermain air di dekat palung.
Namun, nyatanya berbagai upaya ini tak sepenuhnya mampu menihilkan wisatawan tenggelam yang meninggal dunia.
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bantul Dwi Daryanto mengungkapkan, karakter pantai selatan Bantul berbeda dengan lainnya. Salah satunya terletak pada palung.
Kendati begitu, jumlah palung di Pantai Parangtritis, misalnya, kerap berubah-ubah. Begitu pula dengan titiknya. Kerap bergeser. Itu akibat pengaruh arah angin dan gelombang laut.
“Biasanya, titik lokasinya seratus meter ke kiri dan seratus meter ke kanan,” jelas Dwi sebagaimana dikutip dari laman dishub.jogjaprov.go.id Ahad, (30/4/2023).
Kendati begitu, lokasi palung ini dapat terlihat dengan kasat mata. Salah satu cirinya adalah bergelombang tenang. Artinya, tidak ada gelombang laut besar yang melintas di atas palung.
Padahal, sebagian kawasan Pantai Parangtritis bergelombang tinggi. Sedangkan ciri lainnya adalah adanya papan peringatan.
Tim SAR Pantai Parangtritis menandai seluruh titik palung. Itu bertujuan agar wisatawan tak bermain air di sekitarnya.
Persoalannya adalah, Dwi mencermati, karakter ini justru menarik wisatawan bermain air di sekitar palung.
“Wisatawan kerap terjebak dengan arus pantai yang tenang. Padahal, air yang mirip kolam renang inilah pusat palung,” ingatnya.
Kendati begitu, Dwi melihat, tidak sedikit pula wisatawan yang terlena saat bermair air. Akibat terlalu lama bermain air, wisatawan tak menyadari posisinya telah mendekati palung. [rif]