Sedangkan alasan Nasdem mendukung RK, menurut Surya Paloh pada Kamis (15/8/2024), karena Nasdem bertekad mendukung pemerintahan Prabowo ke depan. Lain lagi dengan PKB, sampai artikel ini dibuat, masih nimbang-nimbang. Hanya saja pada pertemuan antara Muhaimin dengan Prabowo pada Jum’at, 9 Agustus 2024, menepis terjadi transaksi di balik pertemuan tersebut.
Dengan berbagai dinamika politik yang mengemuka, membuat peluang Anies menjadi Cagub DKI 2024 yang semula didukung oleh Poros Koalisi Perubahan, menjadi kecil. Bahkan makin menipis. Tetapi makin mengempis, tidak berarti lenyap sama sekali. Sebab Pilgub DKI 2024 merupakan ranah politik. Dan yang namanya ranah politik, masih serba kemungkinan. Skecil apapun peluang tersebut. Terkecuali, Pasangan Calon (Paslon) Cagub dan Cawagub DKI sudah didaftarkan ke KPU DKI. Selesai sudah spekulasi tentang pencalonan.
Melawan Akal Sehat
Konsolidasi kekuasaan dalam suatu perhelatan demokrasi elektoral merupakan hal yang lumrah dan sah-sah saja. Hampir di seluruh dunia, fenomena atau realitas politik semacam ini terjadi. Biasanya para penguasa yang akan turun dari jabatannya mempunyai naluri (instink) politik untuk mempertahankan kekuasaannnya. Jika sudah habis masa jabatannya, biasanya strategi politik berubah dengan cara memasang sosok yang dianggap bisa melanjutkan program dan kepentingannya.
Kandidatnya bisa dari kalangan keluarga sendiri yang kemudian dikenal sebagai politik dinasti, atau bisa juga kandidat yang sealiran, seideologi atau sekepentingan. Dari kasus terakhir, maka muncul istilah calon ‘boneka’. Istilah calon boneka merujuk kepada calon kepanjangan dari penguasa. Biasanya calon boneka, kualitasnya rendah. Calon boneka diskenariokan bakal dikalahkan dengan mudah oleh calon cukup berkualitas yang diusung oleh koalisi gemuk dan penguasa.
Parameter kandidat biasanya mengacu hasil survei lembaga survei yang dianggap credible. Tidak harus nomor satu atau dua, paling tidak masuk lima besar. Hasil survei Indikator Politik Indonesia teranyar menunjukkan, Anies Baswedan (39%) menempati urutan teratas dalam simulasi top of mind Pilgub DKI 2024. Posisi kedua ditempati Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) dengan 23,8 persen. Ketiga RK dengan 13,1 persen.
Jika pada Pilgub DKI 2024 RK melawan kandidat kelas kaleng-kaleng, bisa diibaratkan David melawan Goliat. Manakala hal ini benar-benar terjadi, dapat dianggap melawan akal sehat dan perasaan umum (common sene) rakyat kebanyakan yang menghendaki terjadinya kandidasi dan kontestasi secara berimbang. Serta merupakan indikasi kemunduran (backsliding) demokrasi di Jakarta pada khususnya dan Indonesia pada umumnya.