TERASA menyegarkan bukan jika di siang hari yang terik kita mengkonsumsi minuman manis seperti es teh manis? Bahkan kini minuman yang berbahan dasar teh ini sedang popular di masyarakart kita, tak tanggung-tanggung para penjual sampai berperang harga mulai dari angka 2500 rupiah per gelas.
Kemudian merambah ke berbagai minuman kekinian yang manis-manis menjamur di mana-mana, sehingga dengan mudah kita mendapatkannya. Namun, sadarkah kita bahwa minuman dengan rasa manis tersebut mengandung gula yang cukup tinggi?
Ahli gizi dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Muhammadiyah Semarang (UNIMUS) Wulandari Meikawati, SKM, MSi menyebutkan bahwa minuman berpemanis (sugar-sweetened beverage) adalah minuman yang dalam proses produksinya ditambahkan gula seperti gula merah, gula putih, gula jagung, sirup atau madu,
“Dari itu sehingga dapat menambah kandungan energi, namun sedikit mengandung zat gizi lain,” ungkapnya kepada redaksi Barisanco.
Dalam sebuah penelitian, Wulan menyebutkan sebanyak 84 persen remaja di Amerika mengkonsumsi minuman berpemanis. Indonesia berada di urutan ke-3 di Asia Tenggara dalam konsumsi minuman berpemanis, dengan jumlah konsumsi sebanyak 20,23 liter/orang/hari.
Remaja usia 13-18 tahun adalah kelompok yang paling dominan dalam mengkonsumsi minuman berpemanis. Kemudian Wulan menyebutkan bahwa menurut riset dasar kesehatan (Riskesdas) tahun 2018 yang dirilis oleh Kementerian Kesehatan (Kemenkes), sebanyak 61,3 persen dari responden mengkonsumsi minuman manis lebih dari satu kali per hari.
“Hal ini disebabkan karena minuman manis dalam bentuk kemasan tersebut dapat dengan mudah kita jumpai di berbagai tempat, seperti café dan pusat perbelanjaan. Selain itu, minuman ini ditawarkan dengan harga yang bervariasi sehingga terjangkau bagi siapa saja yang ingin mengkonsumsi,” bebernya.
Dalam tiap sajian (300-500 ml) minuman berpemanis yang beredar di Indonesia terkandung gula sebanyak 37-54 gram. Jumlah ini melebihi empat kali lipat jumlah gula aman yang direkomendasikan oleh Kementrian Kesehatan (Kemenkes) yaitu 6-12 gram.
“Batas konsumsi gula kita baik berasal dari makanan maupun minuman dalam sehari yang dianjurkan oleh Kemenkes adalah sebanyak 50 gram gula atau setara dengan empat sendok makan,” jelas Wulan.
Mengenai hal ini Wulan menekankan kepada masyarakat agar bisa lebih berwaspada,
“Yang perlu kita waspadai adalah dibalik rasa yang nikmat dan menyegarkan, ada bahaya yang mengintai kita. Kebiasaan minum minuman manis dapat berdampak buruk bagi kesehatan, apalagi jika diiringi dengan pola hidup kurang gerak dan banyak rebahan (sedentary). Terlalu banyak minum minuman manis, seperti boba, es kopi, susu tinggi gula, atau minuman kemasan, dapat meningkatkan risiko terjadinya penyakit, seperti obesitas dan diabetes mellitus. Banyak pencinta minuman manis yang sebetulnya sadar dengan hal itu, namun tetap menggemarinya karena efeknya yang tidak langsung terjadi dan butuh waktu bertahun-tahun (kronis),” tekan Wulan.
Wulan menyebutkan bila kita minum salah satu dari minuman manis tersebut setiap hari, dan tidak mengurangi kalori dari makanan, kita bisa mengalami peningkatan berat badan hingga 2,2 kilogram dalam setahun.
“Tidak hanya penambahan berat badan, kebiasaan minum minuman yang tinggi gula juga bisa meningkatkan risiko terjadinya diabetes. Diabetes adalah kondisi terganggunya produksi hormon insulin, yakni hormon yang bertugas mengontrol kadar gula dalam darah dan mengubah glukosa menjadi energi,” lanjutnya.
Dalam kasus diabetes tipe 1, tubuh tidak bisa memproduksi insulin sama sekali. Berbeda dengan diabetes tipe 2, di mana tubuh masih bisa menghasilkan insulin, tapi jumlahnya sedikit hingga tidak berfungsi dengan baik. Saat insulin gagal diproduksi atau diproduksi dalam jumlah kecil inilah yang mengakibatkan kadar gula di dalam darah tinggi (hiperglikemia).
Bila sudah terjadi seperti ini, Wulan memberikan saran pencegahannya,
“Menurut Kemenkes, diabetes bisa dicegah dengan sejumlah cara. Di antaranya dengan menjaga berat badan ideal, menerapkan pola makan sehat dengan menghindari makanan tinggi lemak dan gula, menjaga porsi makan, rutin berolahraga, berhenti merokok, banyak minum air putih, mengelola stres, dan melakukan pengecekan gula darah secara rutin,” pungkasnya. [Luk]