Kebijakan minyak goreng satu harga yang dibiayai pemerintah, memang belum merata di semua penjual.
Oke mengatakan untuk tahap awal harga itu baru berlaku di ritel-ritel modern karena pasar tradisional membutuhkan waktu yang lebih lama untuk menyamaratakan harga.
Aprindo Tak Mau Disalahkan
Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo), Roy Nicholas Mandey mengakui stok minyak goreng di ritel modern mulai langka. Namun, dia menegaskan hal itu bukan tanggung jawab Aprindo melainkan distributor.
“Masalahnya bukan di ritel, karena ritel nggak bisa produksi minyak. Masalahnya itu di pasokan para distributor. Kita ini kan cuma warung,” ujarnya dikutip dari Indopolitika, Rabu (26/1/2022).
Menurut Roy, peritel yang tergabung dalam Aprindo seperti Alfamart, Indomaret, dan sejenisnya mengalami kehabisan stok karena diserbu ibu-ibu.
“Jadi kalau sudah dibeli oleh ibu-ibu di luar sana, kalau nggak ada yang pasok, atau pihak distributor tidak mengirim ke ritel, ritel bisa apa? Karena ritel kan tempat jualan aja,” terang Roy.
Dia melanjutkan, dalam hal minimnya pasokan ini diduga pihak distributor dan produsen tidak menjalankan komitmennya dalam mendukung program Pemerintah. Alhasil, pasokan ke riter jadi terbatas.
“Distributor dan produsen ini tidak komit terhadap program Pemerintah. Kalo Aprindo kan sudah komit,” tandasnya.
Penyebab Naiknya Harga Minyak Goreng
Kenaikan harga minyak goreng sejak beberapa bulan terakhir terjadi karena lonjakan harga minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) di pasar global.
Naiknya harga CPO yang merupakan bahan baku minyak goreng ini banyak penyebabnya. Oke Nurwan mengungkapkan, ada penurunan produksi Canola oil di Kanada.
Selain itu produksi CPO juga turun di wilayah lain, seperti Malaysia. Sebagai salah satu penghasil CPO terbesar di dunia selain Indonesia.
“Penurunan pasokan dari Malaysia akibat Malaysia selama pandemi kekurangan tenaga kerja sehingga pasokan ke dunia turun, angka di Malaysia turun 7%. Tapi kalau kita lihat penurunan pasokan produksi Malaysia bisa 8%-9%,” ujar Oke.
Council of Palm Oil Producing Countries (CPOPC) memprediksi harga sawit akan tetap tinggi karena biaya pupuk melonjak dan kekurangan tenaga kerja dalam waktu yang lama, dikutip dari Reuters. Perubahan iklim juga dikatakan sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi pasokan CPO.
Oleh sebab itu, pemerintah mencanangkan kebijakan minyak goreng satu harga selama enam bulan karena harga CPO diperkirakan masih tinggi dalam beberapa bulan ke depan. [rif]