Tak seperti kebanyakan museum, Museum History of Java tidak akan membuatmu merasa bosan.
BARISAN.CO – Namanya Radit. Saat mengunjungi salah satu museum di daerah Yogyakarta, Radit yang menjadi pemandu. Dengan cekatan, dia menjelaskan seluk-beluk sejarah yang ada dan beberapa pertanyaan yang ada.
Mengingat, daftar pengunjung yang datang terakhir kali 3 hari sebelumnya, saya pun penasaran bagaimana Radit digaji. Radit mengaku, bukan karyawan di museum tersebut. Namun, dia hanya ingin lebih banyak mempelajari sejarah. Menarik!
Kebanyakan orang terpacu dengan nominal rupiah yang ditawarkan, Radit justru menawarkan jasanya sambil belajar tanpa memikirkan angka.
Dari pintu masuk hingga pintu keluar museum, Radit menemani bahkan beberapa spot foto, dia menawarkan agar saya dapat menyimpan kenangan melalui foto dan video.
Singkat cerita, sebenarnya saya tidak begitu tertarik mengunjungi museum. Tapi, entah kenapa sebelum menginjakkan kaki kembali di Yogyakarta, saya memasukkan Museum History of Java ke dalam daftar tempat yang akan dikunjungi. Museum History of Java terletak di Jl. Parangtritis Km 5.5, Sewon, Bantul Yogyakarta.

Jujur saja, bagi saya, museum adalah tempat yang membosankan. Namun, museum ini membuat saya jatuh cinta untuk pertama kalinya. Selain pemandunya yang ramah, museum ini juga menghadirkan suasana berbeda.
Di ruangan pertama, pengunjung akan menyaksikan film tentang pembentukan hingga ekspansi kolonial di Pulau Jawa berdurasi kurang lebih lima menit. Kemudian, memasuki ruangan yang penuh barang peninggalan sejarah.
Nah, sebelum pintu keluar, kita akan disuguhkan oleh film 3 dimensi! Sebelum menonton film, kita akan diberikan kaca mata 3 dimensi. Oiya, ingat ya setelahnya, kembalikan kaca mata tersebut!
Ada sebuah ruangan di mana pengunjung dilarang mengambil gambar. Konon, itu adalah permintaan dari pihak Keraton. Sebab, barang-barang di ruangan itu merupakan barang-barang peninggalan dari Hamengkubuwana. Barang-barangnya sendiri terdiri dari koleksi pribadi seperti gelas.

Setelah keluar dari sana, ada spot foto lagi di luar museum. Bangunannya dulu ditempati untuk kafe, namun sayang karena pandemi jadi tutup semua.
Eh, tapi beberapa mahasiswa dari kampus terkadang menjadikan lokasi bangunan itu untuk membuat podcast karena bentuknya yang unik. Ala tempo doeloe gitu.
Kamu tertarik berkunjung? Bagi yang ingin berkunjung, bisa nih pesan tiket melalui aplikasi Traveloka atau pun on the spot dengan tarif Rp35.000 untuk turis lokal dan Rp50.000 untuk turis mancanegara. [rif]