Perwakilan khusus UNICEF di Palestina, Lucia Elmi mengatakan jauh sebelum perang meletup di bulan Mei, satu dari tiga anak di Palestina memerlukan dukungan psiko-sosial. Sedangkan psikiater di Gaza yang mengkhususkan diri pada remaja, Sami Owaida menyampaikan depresi dan rasa tidak aman merupakan masalah psikologi yang paling umum di antara anak-anak Gaza.
Sami menambahkan akibat trauma yang dialami, banyak anak-anak di Gaza mengompol, gagap, mimpi buruk, dan menolak makan. Menurut Sami, pertanyaan yang diajukan oleh anak-anak saat ini ialah kapan perang berikutnya, apa yang akan dilakukan, dan ke mana mereka akan pergi.
Setiap 4 Juni diperingati sebagai Hari Anak Korban Perang, namun masih banyak anak yang menjadi korban atas perang yang terjadi di belahan dunia. Anak-anak korban perang yang selamat hidup dalam ketakutan akan perang yang bisa saja terjadi kapan saja.
Di bawah ketakutan, mereka sering disergap putus asa terutama bagi mereka yang mengalami kehilangan atas orang-orang yang mereka cintai. Pendampingan amat dibutuhkan.
Perang seharusnya tidak boleh lagi terjadi. Terlebih, sudah begitu banyak korban yang berjatuhan. Hidup dengan damai berdampingan mestinya menjadi prioritas bagi wilayah konflik agar warga sipil terutama anak-anak memiliki kekuatan untuk menyongsong masa depan yang cerah tanpa kekerasan yang ditimbulkan baik bagi psikologis maupun fisik mereka. [dmr]