Barisan.co – “Pasti mereka sedang membicarakan saya. Tu buktinya berkumpul dan bisik-bisik”. “Sepertinya ada yang membuntutiku, perasaan saya tidak enak, apakah saya akan dijahati?”. “Huh, paling juga dia bisa membeli ini itu karena harta orangtuanya, dasar anak sombong”. “Ini pasti ulah si Bokir, dia selalu menyembunyikan buku saya”. “Apakah saya bisa melakukan pekerjaan ini? Saya selalu gagal dalam tahap ini”.
Kata-kata di atas adalah kata-kata judge yang bernilai negative. Beraganggapan bahwa terjadinya sesuatu karena sebuah ketidakwajaran, dalam bahasa psikologinya disebut sebagai negative thinking.
Negative thinking adalah pola atau cara berpikir yang lebih condong pada sisi-sisi negatif dibanding sisi positifnya. Pola pikir ini bisa tampak dari keyakinan atau pandangan yang terucap, cara seseorang bersikap, dan perilaku sehari-hari.
Karena sisi negatif lebih dominan, tidak heran jika cara berpikir seperti ini dipenuhi sikap apriori, prasangka, ketidakpercayaan, kecurigaan, dan kesangsian, yang seringkali tanpa dasar atau tanpa nalar sama sekali. Pola pikir negatif juga tampak dari cara seseorang memandang atau merespon persoalan yang seringkali mengabaikan rasionalitas, logika, fakta, atau informasi yang relevan.
Penyebab negative thinking
Penyebab dari pola pikir semacam ini adalah :
- Konstruksi persepsi yang didasarkan pada sistem keyakinan.
- Cara pandang (paradigma), atau cara kita memahami suatu persoalan.
Dalam diri semua orang, terkandung sesuatu yang oleh para ahli psikologi disebut self defense mechanism, yaitu suatu kecenderungan untuk mempertahankan diri dari apa yang kita persepsikan sebagai sesuatu yang menyerang atau berpotensi menghalangi tercapainya keinginan kita. Salah satu pilihan mempertahankan diri itu adalah dengan bersikap ofensif atau menyerang balik si pengancam.
Dampak
Dengan berpemahaman seperti itu maka Dr. Masaru Emoto San mengatakan yang termaktub di dalam bukunya telah membahas dengan jelas bahwa bila kita selalu berpikiran negative yang terus-menerus nantinya akan berdampak terhadap resonansi organ-organ tubuh tertentu.
Sehingga tidak akan bisa berfungsi dengan maksimal, akibatnya akan dapat menimbulkan berbagai penyakit degeneratif, dari yang ringan hingga yang fatal. Misalnya, bila sering cemas, maka lambung akan terresonansi, akibatnya akan terjadi gangguan pencernaan berat, yang dalam jangka panjang lambungnya akan sakit / tidak sehat.
Secara ringkas, hasil penelitian Dr. Masaru tentang berpikir negative dan penyakit yang bisa ditimbulkan, diantaranya sebagai berikut :
- Bahwa jika kita sering membiarkan diri kita stress, maka kita akan mengalami gangguan pencernaan.
- Bila kita sering khawatir, kita bisa terkena sakit punggung.
- Bila kita mudah tersinggung, maka kita akan terkena insomnia (susah tidur).
- Bila sering kebingungan, akan terkena sakit tulang belakang bagian bawah.
- Bila sering membiarkan rasa takut yg berlebihan, akan mudah terkena penyakit ginjal.
- Bila suka cemas akan diikuti sakit dyspepsia (sulit mencerna).
- Bila suka marah bisa sakit hepatitis.
- Bila sering apatis/ acuh terhadap lingkungan, bisa mengakibatkan vitalitas melemah.
- Bila sering tidak sabar, bisa mengakibatkan diabetes (sakit gula).
- Bila sering merasa kesepian, bisa mengakibatkan sakit demensia senelis (memori dan kontrol fungsi tubuh berkurang dan bisa menyebabkan kematian).
- Bila sering bersedih, bisa menderita leukemia.
Jadi mengenai pikiran negative apa saja yang bisa menimbulkan penyakit, diantaranya : stress, rasa khawatir yang berlebihan, mudah tersinggung, bingung, rasa cemas, pemarah, apatis, tidak sabar, sering merasa kesepian, sering merasa sedih dan iri hati serta dengki.
Solusi
Berikut beberapa cara agar kita bisa terbebas dari cara pandang negative thingking.
- Ubah cara pandang
Ketika sesuatu tidak berjalan dengan baik, cari cara untuk melihat hal tersebut dari sudut pandang yang lebih positif. Dalam setiap tantangan terdapat keuntungan, dalam setiap keuntungan terdapat tantangan.
- Fokus pada hal-hal positif
Ketika kita sedang sedang berpikiran negatif, seringkali kita lupa akan apa yang kita miliki dan lebih berfokus pada apa yang tidak kita miliki. Buatlah sebuah jurnal rasa syukur. Tidak masalah waktunya, tiap hari tulislah lima enam hal positif yang terjadi pada hari tersebut. Hal positif itu bisa berupa hal-hal besar ataupun sekadar hal-hal kecil seperti ‘hari ini cerah’ atau ‘makan sore hari ini menakjubkan’. Selama tetap konsisten melakukan kegiatan ini, hal ini mampu mengubah pemikiran negatif menjadi suatu pemikiran positif.
- Katakan hal positif pada diri sendiri
Katakan pada diri sendiri bahwa saya kuat, saya mampu. Ucapkan hal tersebut terus-menerus, kapanpun. Terutama, mulailah hari dengan mengatakan hal positif tentang diri sendiri dan hari itu, tidak peduli jika hari itu anda harus mengambil keputusan sulit ataupun anda tidak mempercayai apa yang telah anda katakan pada diri sendiri.
- Hidup di saat ini
Memikirkan masa lalu atau masa depan adalah hal yang sering membuat kita cemas. Jarang sekali kita panik karena kejadian masa sekarang. Jika menemukan pikiran terkukung dalam apa yang telah terjadi atau apa yang belum terjadi, ingatlah bahwa hanya masa kini yang dapat kita kontrol.
Penulis: Alfin Hidayat
Diskusi tentang post ini