Scroll untuk baca artikel
Blog

Pacaraku Adalah Pacarmu – Cerpen Agung Wibowo

Redaksi
×

Pacaraku Adalah Pacarmu – Cerpen Agung Wibowo

Sebarkan artikel ini

“Eh … Wati, kamu kok juga ada di sini? Dan kenapa bersama Mas Timbul pacarku?” tanya Surti keheranan.

“Lho, Mas Timbul itu pacarku, Surti! Bukan pacarmu?” kata Wati sewot.

“Ndak! Mas Timbul pacarku! Dia sudah lama menghilang dan baru ketemu saat ini!” kata Surti semakin terkejut.

“Ndak!” bantah Wati.

“Ndak! Dia milikku! bantah Surti.

Akhirnya kedua wanita itu saling bertengkar memperebutkan Timbul yang terbengong bingung.

Dengan satu tangan yang mencengkeram pundak, dan satu lagi menjambak rambut, Surti saling bergumul di aspal jalan bersama Wati disaksikan sekeliling orang yang berada di areal parkir itu.

Tak ayal pertengkaran itu menjadi tontonan orang-orang sekitar dan semakin menambah gaduh suasana acara.

Timbul tak kuasa menghentikan keduanya. Dengan bingung memihak yang mana, Timbul kemudian hanya berdiri memandang kedua perempuan itu berkelahi saling bergulingan. Dan dua teman Surti yang datang bersamanya pun melerai mereka dibantu orang yang sebagian menonton pergumulan itu.

“Sudah! Sudah! Stoopp!” teriak Satpol PP yang berjaga di areal pertunjukan.

“Ada apa ini? Kenapa kalian berkelahi di sini? Ayo bubar!” hardik Pak Satpol PP.

“Dia mencuri pacar saya, Pak!” jawab Surti yang awut-awutan menunjuk Wati.

“Ndak! Dia yang mencuri pacar saya!” sahut Wati sewot dengan masih terengah-engah.

“Sudaaahhh! Kalian ndak usah bertengkar! Kalian damai saja, malu dilihat banyak orang! Eehh …Lho, itu kamu tho, Mbul?” Pak Satpol PP terkejut melihat Timbul bengong di antara kedua wanita itu.

“Eh … iya, Pak Kardi. Saya Timbul, Pak. Bagaimana kabar bapak?”

“Kamu kok ada di sini bersama wanita-wanita ini? Mengapa kamu pergi ndak memberi kabar lagi semenjak Srintil kamu hamili?!” tanya Pak Kardi Satpol PP mendelik teringat anaknya

“Haaaaa …? Menghamili?” kata Surti bersamaan dengan Wati melihat Timbul gelagapan kena damprat.

“Huuwaaaaa … Mas Timbul! Huwaaaa … kamu jahat! Huwaaaa ….!” teriak Surti yang gemuk menangis terduduk di aspal selayak anak kecil jengkel karena kehilangan mainan.

“Aku sudah percaya padamu, Mas. Kenapa kamu bisa menghianati? Uang berapa pun kamu minta dan perhiasan satu-satunya digadai aku beri dengan alasan emakmu sakit. Teganya kamu, Mas! Teganya-teganya-teganya!” Surti menangis syahdu bersamaan alunan musik dangdut yang terdengar dari arah panggung pertunjukan.

“Apa? Jadi Surti, kamu juga …,” kata Wati tak dapat meneruskan bicaranya.

“Lho, emakmu itu sudah meninggal, tho? ” tanya Pak Kardi Satpol PP.

“Apaaa?!” teriak Wati dan Surti bersamaan.

“B-b-benar, Pak.” jawab Timbul gagap tambah gelagapan.