Andi menjelaskan, penunjukkan ini juga dianggap menyakiti seluruh keluarga korban penghilangan paksa 1997-1998 di mana kasusnya hingga kini belum ada kejelasan.
Deretan Eks Tim Mawar yang Menempati Posisi Strategis
Untung bukan satu-satunya orang dari eks Tim Mawar yang menempati posisi strategis. Misalnya saja, dua eks anggota Tim Mawar diangkat sebagai pejabat strategis di Kementerian Pertahanan (Kemenhan) tahun 2020 yakni Brigjen TNI Dadang Hendrayudha dan Brigjen TNI Yulius Selvanus.
Pengangkatan itu disahkan melalui surat Keputusan Presiden yang diteken Presiden Joko Widodo melalui surat Keputusan Presiden (Keppres) Republik Indonesia Nomor: 166/TPA Tahun 2020 tentang Pemberhentian dan Pengangkatan Dari dan Dalam Pimpinan Tinggi Madya di Lingkungan Kementerian Pertahanan.
Ada juga nama Mayjen Fauzambi Syahrul Multhazar Fauzambi yang merupakan eks Wakil Komandan Tim Mawar. Sebelum menjabat sebagai Kepala Satuan Pengawas Universitas Pertahanan (Kasatwas Unhan) yang berada di bawah kewenangan Kementerian Pertahanan, dia pernah menjabat sebagai Staf Khusus KSAD.
Nama lainnya ialah Mayjen (Purn) Chairawan Kadarsyah Kadirrussalam Nusyirwan Chairawan. Menteri Pertahanan, Prabowo Subianto mengangkatnya sebagai Asisten Khusus Kemenhan.
Begitu juga dengan Brigjen TNI Nugroho Sulistyo Budi Brigjen TNI Nugroho Sulistyo Budi mendapat posisi sebagai Staf Ahli Bidang Politik Kementerian Pertahanan.
Dan, yang paling anyar ialah Untung Budiharto.
Pada saat itu, dari sejumlah aktivis yang diculik, 13 diantaranya masih menyandang status hilang atau meninggal. Antara lain adalah Petrus Bima Anugrah, Herman Hendrawan, Suyat, Widji Thukul, Yani Afri, Sonny, Dedi Hamdun, Noval Al Katiri, Ucok munandar Siahaan, Hendra Kambali, Yadin Muhidin, Abdun Nasser, dan Ismail.