Problem Kedua menurut Kuswanto adanya persoalan aktualisasi pengamalan nilai-nilai Pancasila yang seharusnya bisa mandiri dan tidak bercampur aduk dengan sistem nilai yang terdapat pada agama-agama.
“Karena, Pancasila pasti tidak punya sistem nilai yang lengkap dan menyeluruh seperti yang dimiliki oleh agama-agama. Dalam penafsiran Pancasila, agama pasti kembali pada sistem nilai tersendiri yang dimilikinya. Dan itu harus dimoderasi secara baik oleh para pemuka agama,” terangnya.
Pentingnya Pengamalan Nilai-nilai Pancasila
Sementara itu, dalam kesempatan yang sama, Pipip A. Rifa’i Hasan, Direktur Paramadina Graduate School of Islamic Studies menyatakan ada hal yang dapat diidentifikasi dari kesepakatan nasional yang diwariskan oleh para founding father tentang Pancasila.
“Posisi Pancasila yang sudah jelas sebagai dasar negara, hasil dari pergulatan pemikiran berbagai macam kubu agama dan kelompok kebangsaan yang mencapai kata sepakat,” ujarnya.
Pipip menggarisbawahi pentingnya pengamalan nilai-nilai yang terkandung Pancasila
“Nilai-nilai keadilan sosial dalam sila kelima Pancasila beserta penegakan hukum yang fair, harus tetap menjadi hal penting harus dilaksanakan dengan konsisten,” jelasnya.
Ia juga mengambil contoh negara Singapura dan China, Meski sistem politik berbeda, kedua negara tersebut secara konsisten dan konsekuen melaksanakan penegakan hukum yang konsisten dan keras terhadap para pelanggar hukum negara, seperti para koruptor yang dihukum dengan keras.
Di Singapura, Pipip mengungkapkan, mantan presiden Lee Kuan Yeuw ketika mendapat tuduhan korupsi oleh pengkritiknya, Lee malah meminta agar dirinya diajukan ke pengadilan dengan tujuan membuka sejelasnya apakah benar dia telah melakukan korupsi seperti yang dituduhkan. [rif]