Kesimpulannya, jika kita mencintai diri sendiri dan menerima semua kekurangan dan keanehan kecil, sebenarnya hanya mengeraskan kebiasaan perilaku kita.
Kadang-kadang, kita mungkin memperhatikan telah membentuk kebiasaan yang tidak sehat dan melatih diri kita untuk berperilaku berbeda. Tetapi, para filsuf Cina berpendapat, kita gagal memperhatikan sebagian besar pola yang kita bentuk, dan pola yang “berbahaya” bisa menjadi yang paling berbahaya.
Para pemikir ini berpendapat, kita seharusnya berusaha terus-menerus untuk berperilaku berbeda bahkan menyapa orang atau tersenyum dengan cara yang sedikit berbeda.
“Mulailah menggunakan nada suara yang sedikit berbeda, lihat orang dengan cara yang sedikit berbeda. Ketika kita melakukan ini, kita mulai menyadari sejauh mana kita terbiasa,” jelasnya.
Self-Love juga menjadi topik perdebatan penting bagi para filsuf moral pada paruh pertama abad ke-18. Tetapi, seperti halnya konsep-konsep terkait seperti keramahan dan kebajikan, para filsuf mengartikan banyak hal berbeda dengan ‘mencintai diri sendiri.’
Keutamaan besar dari “Self-love, Egoism, and the Selfish Hypothesis” karya Christian Maurer yang membedakan lima pengertian self-love dalam diskusi abad tersebut. ‘Cinta diri’ dan sinonimnya beragam merujuk pada (1) keinginan egois, (2) cinta pujian, (3) harga diri, (4) kebanggaan berlebihan, dan (5) harga diri dibedakan. Christian menggunakan tipe ideal ini secara forensik untuk memberikan pemahaman yang lebih baik tentang apa yang diperdebatkan oleh siapa dan mengapa.
Mencintai diri sendiri membuat kita egois, narsis, dan arogan. Namun, psikolog justru menilai itu hanya mitos belaka. Kebenarannya, mencintai diri sendiri membuat lebih positif, percaya diri, dan tangguh.
Narsisme dan arogansi dianggap sebagai tanda kurangnya rasa percaya diri, penerimaan diri, dan cinta diri. Mencintai diri sendiri bukan tentang kita mengabaikan kebutuhan orang lain, menjadi sangat terobsesi dengan diri sendiri, dan semua yang kita lakukan, berperilaku seolah kita ini ratu atau raja dunia.
Sebaliknya, ini tentang memiliki hubungan yang lebih positif dengan diri sendiri di mana kita menjaga, mendukung, dan percaya pada diri sendiri. Itu membuat kita lebih tahan terhadap tantangan dan membuat tetap termotivasi dalam bekerja menuju impian kita karena percaya kemampuan diri. Self-love juga akan membantu menghilangkan pola self-talk negatif dan menggantinya dengan pemandu sorak yang berani dan percaya diri.