PERNYATAAN sinis dari Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra Desmond Junaidi Mahesa terkait rencana Ketua Umum PDIP Megawati Sukarnoputri akan mengutus putrinya, Puan Maharani, bertemu Ketua Umum DPP Partai Gerindra Prabowo Subianto, sangat mengejutkan. Apalagi mantan aktivis 98 ini memberikan embel-embel pernyataan ‘Prabowo sering dibohongi’.
Sementara gerombolan partai nonparlemen yang bergabung diyakini hanya berharap suaranya terkerek dan mendapat jatah kekuasaan alih-alih mendukung sepenuh hati Ganjar.
Pernyataan Sekjen DPP PDIP Hasto Kristiyanto yang menyatakan partainya siap berkomunikasi dengan koalisi pemerintah termasuk Gerindra, menjadi tanda-tanda partai banteng moncong putih tersebut tidak percaya diri bertarung di arena terbuka. Apalagi baru PPP yang merapat.
PDIP tentu sangat yakin PPP tidak sepenuhnya loyal mendukung Ganjar karena seperempat kakinya terutama elitenya ada di kubu Jokowi dan seperempat lainnya terutama di akar rumput berada di pihak Anies Rasyid Baswedan.
Sementara bila PDIP nekat sendirian mengusung Ganjar sama saja bunuh diri. Apalagi para relawan yang selama ini fanatik dengan Jokowi berbondong-bondong mengalihkan dukungannya dari Ganjar ke Prabowo.
Gerindra Sakit Hati
Pertemuan Prabowo dengan Puan bisa saja terjadi kendati orang-orang di sekitar Prabowo sinis dengan permintaan kubu PDIP. Prabowo sebagai negarawan, kemungkinan meladeni ajakan pertemuan itu. Namun, ajakan untuk berkongsi kemungkinan ditolak.
Pernyataan Desmond yang mengatakan dirinya lebih percaya Presiden Jokowi daripada Ketum PDIP Megawati Sukarnoputri, menandakan ada luka yang sangat mendalam, perih dan menyayat hati.
Itu sebuah peringatan keras. Termasuk luka lama soal Perjanjian Batu Tulis. Meminjam istilah sarkasme analis politik Rocky Gerung, “Perjanjian Baru Tulis, tinggal batunya sementara tulisannya sudah hilang.”
Karen itu Desmond pun dalam pernyataannya di Kompleks Parlemen Jakarta seperti dikutip CNN Indonesia, Selasa (23/5/2023), melontarkan pernyataan yang sangat lugas, “Sudah banyak Megawati bohongin Pak Prabowo.”
Megawati Dibohongi Lembaga Survei?
Sudah lama banyak yang curiga lembaga survei diduga melambungkan suara Ganjar hanya untuk segera menjadi capres yang diusung partai politik atau koalisi. Kecurigaan itu bukan tanpa alasan. Tanda-tanda suara Ganjar keropos sangat terlihat ketika hasil survei pun terbelah setelah muncul Ganjar Satu (Jokowi) dan Ganjar Dua (Megawati). Hasil lembaga survei jadi berubah. Bila selama ini suara Ganjar selalu menjadi pamuncak, belakangan lembaga survei menempatkan Ganjar di posisi kedua. Terlepas dari benar atau tidaknya hasil survei tersebut. Karena bisa jadi salah satu lembaga survei berbohong dan yang lainnya benar atau semuanya berbohong.
Sebab, bila suara Ganjar seperti digambarkan hasil survei terakhir SMRC (39,2 persen) milik Prof. Saiful Mujani yang alumnus The Ohio State University dan Charta Politika (38,2 persen) yang digawangi Yunarto Wijaya alumnus Universitas Katolik Parahyangan, seharusnya PDIP sangat percaya diri. Faktor partai lain bisa diabaikan. Kekuasaan bisa leluasa diatur sendiri tanpa nanti harus direcoki partai lain yang ngemis jabatan.
Entahlah. Dalam politik musuh bisa jadi teman dan teman bisa jadi lawan. Tapi semuanya bisa bertemu dalam satu kepentingan yang sama.
Karena kepentingan itu, malah mungkin saja ke depan bisa terjadi, PDIP mengaborsi pencalonan Ganjar.