Jejak pertarungan lima Pandawa dan seratus Kurawa disorot sebagai sejarah manusia yang penuh intrik penguasa dan kekuasaan. Siapa Pandawa dan apa Kurawa tidak diletakkan pada pemikiran mengapa dan bagaimana.
Terutama penyadaran akan kesadaran Jawa — meski dikatakan Mahabharata berasal dari India — tentang dunia batin manusia Jawa. Misalnya soal mengapa dan bagaimana perjuangan Arjuna dalam dunia batinnya. Ialah, perjuangan menegakkan kepanditaan, kesatriaan, kejujuran, membela yang lemah.
Dunia batin Arjuna menggambarkan kesatriaan yang sudah purna dengan dirinya. Dan ia mewedarkan idee-nilai plus imajinasinya ke masyarakat desa. Sehingga desa mulai mengenal kehidupan baru yang lebih makjul.
Jadi peperangan Pandawa kontravita Kurawa dalam dunia batin Jawa sesungguhnya pertarungan di dalam diri setiap manusia. Ia mesti menjalankan pertarungan hak dan tanggungjawabnya sebagai manusia di tengah manusia di luar dirinya.
Sebagaimana yang digambarkan dalam Bharatayuda di dalam diri manusia, tidak ada kalah-menang. Yang ada kemenangan dan kekalahan yang bertarung terus menerus sepanjang hayat. Hingga ia menemukan sang maha tunggal, Tuhan, di dalam dirinya.
Pikiran kecil milik dan tanggungjawab manusia, yang besar semata hanya hak mutlak Tuhan.*