Perilaku over-eksploitasi terhadap teknologi informasi, transportasi, dan alam inipun merambah pada kehidupan personal manusia. Sehingga memunculkan beragam penyakit-penyakit sosial, seperti banyaknya kasus perceraian, bunuh diri, narkoba, pembunuhan, psikopat, dan korupsi.
BARISAN.CO – Sungguh luar biasa hebatnya negara Indonesia, setelah dinyatakan sebagai negara maju oleh Amerika. Kita menyambut kemajuan negara di era globalisasi seiring perkembangan teknologi dan informasi.
Sambutan tersebut dengan memanfaatkan produk, kita tidak bisa lepas dari gadget, android, HP untuk berselancar di ruang media maya baik media sosial seperti Instagram, Whatshapp, Twitter, Facebook, TikTok maupun media onilne.
Begitu juga dengan teknologi transportasi, setiap rumah tangga minimal memiliki kendaraan maupun sepeda motor. Di perumahan kota-kota besar, satu rumah tangga bisa memiliki dua hingga empat sepeda motor dan memiliki mobil.
Terkadang memiliki mobil lebih dari satu, meski tidak memiliki ruang untuk parkir mobil. Sehingga jalan umum digunakan untuk tempat parkir.
Mantap betul, perkembangan ini seperti memang dipersiapkan sesuai fitrah manusia yang memiliki keinginan (desire), keingintahuan (curiosity), dan kebutuhan (needs) terhadap jagat realitas (reality).
Berapa hari kita mampu meninggalkan produk teknologi atau berapa jam kita mampu tidak bersinggungan dengan dengan android dan motor maupun mobil. Seberapa sayang kita dengan produk tersebut, bagaimana jika produk teknologi dirusak oleh anak kita yang masih usia anak. Apakah kita marah?
Kita kan orang Indonesia yang paling hebat di belahan dunia ini, kita tidak mungkinlah dikuasai kemajuan teknologi komunikasi maupun transportasi. Justru orang-orang Indonesia sangat ramah terhadap produk teknologi, jika ada peluncuran produk terbaru kita bersegera mendapatkannya.
Lalu, seiring laju pertumbuhan penduduk dan kebutuhan manusia, bagaimana perkembangan bidang kesehatan dan lingkungan hidup?
Bill Gates pendiri Microsoft pada April 2018 dalam diskusi tentang Epidemi yang diselenggarakan Massachusetts Medical Society dan New England Journal of Medicine. Bill Gates menyampaikan skenario besar yang akan terjadi dari perkembangan virus, pemerintah di setiap negara harus bersiap menghadapi ancaman wabah Virus Corona.
Gates benar, di akhir tahun 2019 dikejutkan dengan kejadian pandemi Virus Corona atau Covid-19 yang terjadi di Wuhan China. Lalu Covid-19 menyebar ke berbagai negara, dalam tiga bulan sudah satu juta lebih orang terpapar positif Covid-19. WHO pun akhirnya menetapkan penyebaran Virus Corona sebagai kondisi darurat global.
Sebelum Covid-19 dunia pernah dikejutkan beragam jenis viurs, pada tahun 1976 muncul Virus Ebola, tahun 1996 dengan virus Flu Burung atau H5N1. Tahun 2003 di China muncul Sindrom Pernafasan Akut Berat atau Virus SARS. Pada tahun 2012 di Arab Saudi muncul virus MERS yang juga merupakan penyakit pernafasan yang disebabkan oleh virus corona berkode MERS-CoV.
Kenyataannya perkembangan teknologi informasi dan transportasi tidak diimbangi dengan teknologi kesehatan. Meski kita betul-betul mempercayai, bahwa setiap penyakit pasti ada obatnya dan yang tidak ada obatnya cuman penyakit pikun.
Kemajuan teknologi era digital, telah mengkapitalisasi teknologi yang sangat berdampak pada bidang kesehatan dan lingkungan hidup menjadi korban utama. Upaya eksploitasi alam, dan tidak dapat dipungkiri juga virus-virus kebanyakan disebabkan oleh hewan. Hal ini karena kita over-eksploitasi dalam memanfaatkan alam.
Terlebih lagi perkembangan kecerdasan buatan, manusia seakan dipermainkan dan dibut bingung sendiri. Ia bisa saja memberikan kemudahan, namun juga menjerumuskan manusia dalam kebendaan ketidakberdayaan.
Perilaku over-eksploitasi terhadap teknologi informasi, transportasi, dan alam inipun merambah pada kehidupan personal manusia. Sehingga memunculkan beragam penyakit-penyakit sosial, seperti banyaknya kasus perceraian, bunuh diri, narkoba, pembunuhan, psikopat, dan korupsi.
Frijof Capra berpandangan bahwa hal tersebut merupakan bentuk penyakit-penyakit peradaban. Begitu juga penyakit oligarki politik dan oligarki ekonomi yang menggerogoti isi pemerintahan.
Kini manusia mulai terkungkung oleh kepalsuan hidup, menurut Erich Fromm hal ini terkait gejala reifikasi (pembendaan obyketivikasi) dan alienasi (manusia menuju keterasingan). Kini robot-robot manusia telah menghayati dirinya sebagai benda dan obyek, pada gilirannya tujuan hidup adalah kumpulan fakta-fakta kosong tanpa makna dan nilai.
Manusia mengalami perasaan keterasingan dari segala sesuatu; sesama manusia, bersama alam, dan Tuhan. Ya…kita ini seperti seperti kata Chairil Anwar, “Aku adalah binatang jalang, dari kumpulan yang terbuang.” Kita bukan lagi menjadi sosok khalifah bumi atau manusia sesungguhnya. Sudah jadi binatang, itupun terbuang dari kumpulannya.
Virus Corona inipun beragam tanggapan dalam menanganinya mulai dari social distancing, stay at home, work at home, hingga lockdown. Sebagai sebuah tanda, bahwa manusia telah lelah, begitu juga alam lelah menghadapi perilaku manusia. Alam ingin memperbaiki dirinya, alam berusaha memusatkan kembali energinya.
Kematian yang ditimbulkan oleh virus dan kemahiran teknologi (AI) itu hanya bagian kecil, justru penyakit-penyakit peradaban inilah yang banyak menelan korban. Yuk….ngopi dan kembali merangkai hubungan manusia, alam, dan Tuhan.