“Mungkin Susi dan juga mamanya terjebak, pak.”
“Terjebak bagaimana?” tanyaku.
“Ya, seperti kata Susi tadi, pas awal pendekatan pasti dia menunjukkan sikap yang wow! Apalagi dia juga berduit dan pastinya juga tidak pelit, inilah yang membuat Susi klepek-klepek, lalu pasrah secara total. Hingga akhirnya jadi seperti ini.” Kata Puput.
“Ah, terkadang anak-anak itu memang terlalu gampang mempertaruhkan masa depannya demi kesenangan yang sebenarnya semu. Apalagi kalau mereka berwajah cantik dan banyak penggemarnya, itu sesuatu yang rawan.”
“Betul pak. Gosipnya sih , Susi juga sudah punya pacar lagi pak.” kata Puput.
“Yang benar?”
“Ada yang bilang begitu, pak. Benar tidaknya, saya juga kurang tahu pasti.”
“Biarlah, itu hak dia. Semoga saja dapat yang benar, bujangan atau setidaknya duda jadi pengalaman buruk itu tak terulang lagi.”
“Amin!” kata Puput.
Hari sudah sore, dan pekerjaanku juga sudah selesai. Setelah membereskan semua peralatan kerja, aku pamit pulang. Kembali menempuh perjalanan yang cukup jauh, Sukabumi-Jakarta. Semoga tidak macet, tapi sore begini pasti rawan kemacetan karena bertepatan dengan jam pulang para karyawan pabrik.
* * *
Entah kenapa, dalam perjalanan pulang aku selalu ingat dengan kisah Susi. Seorang perempuan yang terjebak dalam perasaan cinta yang mungkin buta. Karena dia jatuh cinta dengan seorang laki-laki yang sudah beristri. Dan akhirnya dia harus menanggung beban, baik mental maupun beban secara ekonomi.
Berjuang sendiri menanggung biaya hidup anaknya, di samping status dirinya yang entah jelas apa tidak. Dan hal seperti ini memang sering terjadi dalam kehidupan karyawan pabrik. Kalau seorang perempuan tidak pandai-pandai menjaga diri, menjaga perasaan, akan ada kemungkinan besar terjebak dalam perasaan cinta buta. Dan ini sudah banyak kasusnya. Aku sendiri sebagai seorang QC atau Quality Control setiap hari selalu berhubungan dengan pabrik dan segala seluk beluknya.
Dan setiap kali aku menjalani pekerjaanku, selalu ada yang menemani untuk membantuku mempersiapkan baju atau barang apa saja yang hendak aku cek. Dan selalu wanita, dan tak jarang mereka cantik-cantik. Dan kalau kita tak mampu mengontrol diri kita, bukan tak mungkin akan terjadi sebuah hubungan yang lebih dari sekedar menemani dan membantu dan berlanjut sampai di luar pabrik.
Aku pernah melihat sendiri sebuah peristiwa yang sebenarnya sangat memalukan. Di sebuah pabrik di daerah Parung Kuda, Sukabumi. Manager QC di pabrik itu, namanya Dadang, aku sangat mengenalnya. Karena sebagai QC setiap kali aku mau memberikan komen atau arahan selalu berhubungan dengan dia. Suatu siang tiba-tiba dia didatangi oleh istrinya dan terjadilah keributan di pos Satpam antara dia dan istrinya dan juga melibatkan seorang perempuan lain yang tak aku kenal, tapi masih karyawan pabrik itu juga.